Tabula Rasa, Saat Makanan Mengajarkan Soal Persatuan

'Tabula Rasa' merupakan film ketiga produksi LifeLike Pictures setelah 'Pintu Terlarang' dan 'Modus Anomali'.

oleh Hernowo Anggie diperbarui 18 Agu 2014, 15:40 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2014, 15:40 WIB
Adegan film Tabula Rasa
tabularasa.com

Liputan6.com, Jakarta Tak banyak sineas yang mengambil kuliner sebagai tema sebuah film.

Tapi, Sheila Timothy, produser rumah produksi LifeLike Pictures, punya anggapan lain. Film terbarunya, Tabula Rasa mengangkat citarasa kuliner Indonesia.

"Film ini menggambarkan proses pertemuan seseorang dengan latar belakang berbeda, tapi kemudian dipersatukan oleh masakan dan makanan," ucap Lala, sapaannya, saat ditemui di kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Senin (18/8/2014).

"Lewat masakan dan makanan pula, mereka berusaha saling memahami dan meleburkan segala perbedaan-perbedaan yang ada," tambah dia.

'Tabula Rasa' merupakan film ketiga produksi LifeLike Pictures setelah 'Pintu Terlarang' dan 'Modus Anomali'. Film yang digarap oleh sutradara muda Adriyanto Dewo dan Tumpal Tampubolon selaku penulis skenario ini berusaha untuk menggambarkan drama kehidupan keluarga sehari-hari dengan menggunakan kekayaan kuliner Indonesia sebagai poros cerita.

"Filosofinya adalah di meja makan, orang cerita segala macam, semua masalah, semua persoalan diselesaikan di meja makan. Ini sederhana banget tapi filosofinya keren," timpal Adriyanto Dewo di tempat yang sama.

'Tabula Rasa' yang dijadwalkan rilis 25 September 2014 telah melaksanakan proses produksi pada Januari hingga Februari 2014 lalu. Proses pengambilan gambar dilakukan di Jakarta, Bogor dan Serui, Papua.

Film ini juga didukung oleh penampilan Dewi Irawan, Yayu Unru dan Ozzol Ramdan.

Film ini juga sekaligus menjadi debut akting perdana bagi Jimmy Kobogau, aktor asal Papua, yang didapuk sebagai pemeran utama dalam film yang juga didukung aktor Vino G.Bastian yang duduk sebagai Associate Producer. (Gie/Ade)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya