Liputan6.com, Jakarta Di tengah kesibukannya di dunia entertainmen, Harry de Fretes masih menyempatkan diri untuk melestarikan budaya. Melalui sebuah sanggar yang diberi nama PANCI atau Penerus Anak Cucu Indonesia, Harry memberikan ilmu yang dimilikinya untuk diajarkan kepada anak-anak.
"Saya mengajar akting panggung dan seni pertunjukkan teater drama, terutama seni lenong. Pertunjukkan teater di Jakarta kurang, apalagi di Bogor. Di sini, saya menggiatkan seni tradisi dan membina mental mereka," ujar Harry saat ditemui Kamis (19/5/2016).
Tak hanya mengajarkan teknik seni panggung, Harry juga memberi pelajaran soal perkenalan dasar-dasar kepribadian, kedisiplinan dan penampilan.
Harry mengakui, saat ini, budaya lokal belum dianggap penting oleh masyarakat luas. Maka itu, kegiatan sanggar ini bisa meyalurkan energi positif berkesenian.
Mengapa tetap passion terhadap seni tradisional? "Saya memberi apa yang pernah saya dapat dan ikut menjaga kelestarian seni lenong," ujar Harry.
Advertisement
Â
Baca Juga
Sanggar PANCI sendiri terletak di tengah-tengah pemukiman asri penduduk di kawasan Bogor. Tepatnya di Jalan Raya Tonjong, Gang Kemuning 2, Sudimampir, Bogor, Jawa Barat.
Sanggar ini dibangun di atas area sungai dan persawahan serta bukit di kawasan tersebut. Tujuannya adalah dekat dengan alam dan siswa-siswa sanggar bisa mengeksplor kemampuan di alam terrbuka.
"Yang pernah saya dapatkan, akan saya teruskan ke anak-anak untuk mengajarkan mereka. Apalagi industri sekarang kekurangan generasi dan saya 10 tahun sudah enggak tampil di depan kamera," ujar Abdul Kadir, pemilik sanggar PANCI, sekaligus mantan anggota grup kesenian Swara Mahardika pimpinan Guruh Soekarno Putra ini.
Abdul tak sendiri. Dalam mengelola sanggar ini, ia dibantu sang putri, Arvi Gabriella (21), untuk posisi ketua Sanggar PANCI. Konsep sanggar ini adalah budaya multi culture. Jadi, semua kesenian melebur menjadi satu kesatuan.