Liputan6.com, Jakarta Julukan legendaris sepertinya memang layak diterima oleh tiga sekawan fenomenal, Dono, Kasino dan Indro yang tergabung dalam Warkop DKI. Grup yang sebelumnya dikenal dengan Warkop Prambors itu semula populer lewat program Obrolan Santai di Warung Kopi. Acara lawak yang disiarkan Radio Prambors.
Obrolan itu pun mulai dibawa ke atas panggung oleh Dono, Kasino, Indro dan Nanu (personel Warkop terdahulu). Tak disangka, lawakan dari panggung ke panggung ini pun membawa mereka pada popularitas di jagat hiburan Tanah Air.
Setelah Nanu mengundurkan diri, Dono, Kasino, Indro melanjutkan lawakan mereka dengan nama Warkop DKI. Puas manggung dan mengudara, Warkop DKI mulai menjajaki dunia perfilman tanah Air dengan film-film komedi mereka yang selalu laris ditonton oleh masyarakat.
Advertisement
Baca Juga
Saking larisnya, bisa dibilang para punggawa Warkop DKI ini mulai meraup pendapatan berlimpah. Bagaimana tidak. Setiap tahunnya saja, Dono, Kasino dan Indro paling tidak membintangi dua judul film pada dekade 1980 hingga 1990-an.
Di tahun 2016 ini, sutradara Anggy Umbara mencoba 'membangkitkan' kembali Warkop DKI lewat film garapannya Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1. Film yang dibintangi Tora Sudiro, Vino G. Bastian dan Abimana Aryasatya ini seperti penggabungan film-film Warkop DKI terdahulu. Indro Warkop ikut main dan juga menjadi produser eksekutif.
Nah, untuk mengobati kerinduan penggemar akan lawakan dan tingkah konyol Dono, Kasino dan Indro, tidak ada salahnya memutar kembali film-film klasik Warkop DKI yang lawakannya tidak pernah lekang termakan zaman.
Berikut enam film legendaris Warkop DKI pilihan Liputan6.com.
Mana Tahaaan... (1979)
Mana Tahaaan... adalah film pertama Warkop DKI yang diproduksi pada tahun 1979. Film ini bercerita tentang kehidupan empat mahasiswa Slamet (Dono), Sanwani (Kasino), Paijo (Indro), dan seorang lagi diperankan oleh Nanu Mulyono, yang tinggal di sebuah rumah kost. Keempatnya menyukai pembantu seksi di rumah kost tersebut yang bernama Halimah (diperankan Elvy Sukaesih).
Banyak cerita menarik dan lawakan yang sukses mengocok perut. Apalagi dengan menonjolkan logat-logat daerah berbeda dari tiap pemainnya ada Jawa, Batak dan Betawi. Kehadiran Elvy Sukaesih pun menambah variasi cerita di film ini dengan campuran dangdut.
Berdasarkan data dari Perfin, film garapan sutradara Nawi Ismail ini menjadi film terlaris ke-II di Jakarta pada tahun 1980 dengan meraih 400.816 penonton.
Advertisement
Pintar-Pintar Bodoh (1980)
Berbeda dari film-film sebelumnya, di film ini Dono, Kasino dan Indro bermain dengan nama asli mereka. Diceritakan, bersama Dorman Borisman, ketiganya berniat untuk membukan sebuah kantor detektif.
Namun terjadi ketidaksepahaman antara mereka sehingga keempatnya pun pecah kongsi. Kasino memilih bersama Dono, dan Indro dengan Dorman. Dua kubu tersebut saling bersaing untuk menjadi detektif terbaik.
Dalam proses persaingan inilah terjadi banyak peristiwa lucu dan lelucon khas Warkop DKI yang bakal mengundang gelak tawa. Menurut data Perfin Pintar-Pintar Bodoh menjadi film terlaris pertama di Jakarta tahun 1981 dengan meraih 474.918 penonton.
Film yang disutradarai Arizal ini meraup sukses dan berhasil menerima piala Antemas serta dinobatkan sebagai film terlaris versi MURI.
Manusia 6.000.000 Dollar (1981)
Film garapan sutradara Ali Shahab ini merupakan parodi dari serial televisi The Six Million Dollar Man asal Amerika Serikat. Mirip dengan serial aslinya, film ini juga bercerita tentang Dono, seorang anggota detektif yang tubuhnya diubah menjadi manusia robot usai mengalami kecelakaan setelah mengejar copet.
Untuk merehabilitasi tubuh Dono menjadi robot, sang bos detektif harus mengeluarkan biaya sebesar enam juta dolar. Tim detektif ini bertugas untuk memberantas kejahatan di masyarakat seperti penculikan.
Meski memilki jalan cerita yang serius, film Manusia 6.000.000 Dollar ini tetap tidak lepas dari gaya lawakan khas Warkop DKI.
Advertisement
Dongkrak Antik (1982)
Dalam film garapan sutradara Arizal ini, Warkop DKI kedatangan kawan baru yakni Mat Solar. Keempatnya merupakan karyawan di sebuah hotel yang dipimpin Paulus (diperankan Pietrajaya Burnama).
Mereka berempat memiliki keunikan masing-masing, mulai dari Kasino yang pemarah, Dono si pelupa, Indro yang gagap dan Mat Solar yang setengah tuli. Keunikan inilah yang menjadi sumber kelucuan dalam film ini, apapun yang mereka kerjakan mesti selalu kocak dan salah.Â
Tercatat oleh Perfin, Dongkrak Antik menjadi film terlaris ke-II di Jakarta tahun 1982 dengan 331.963 penonton.
CHIPS, Cara Hebat Ikut Penanggulangan Sosial (1982)
Lagi, Warkop DKI memparodikan serial televisi asal Amerika Serikat berjudul sama, CHiP'S (California Highway Patrols) yang dibintangi Erik Estrada. Dono, Kasino dan Indro merupakan anggota kelompok pelayanan masalah sosial, CHIPS.
Tapi, seperti sudah menjadi kebiasaan, ketiganya selalu saja ketiban sial saat menjalankan tugasnya. Ternyata, bos mereka, Oom Junet, diam-diam adalah seorang pria hidung belang. Organisasi CHIPS bertambah kacau, akhirnya dibubarkan.
Berdasarkan data dari Perfin, film CHIPS menjadi film terlaris di Jakarta pada tahun 1983 dengan total penonton 492.430.
Advertisement
Maju Kena Mundur Kena (1983)
Maju Kena Mundur Kena bisa dibilang sebagai film Warkop DKI paling laris. Di film ini, Dono dan Kasino terlibat cinta segitiga dengan seorang wanita bernama Marina (Eva Arnaz).
Kasino yang berperan sebagai bosa sebuah bengkel melarang anak buahnya (Dono dan Indro) untuk tidak tertarik pada wanita. Tapi malah Kasino sendiri yang terobsesi dengan Marina.
Sayangnya justru Dono yang diakui Marina sebagai suaminya untuk menyelamatkan dirinya dari perjodohan yang dilakukan kakek dan neneknya. Film ini diakhiri dengan Dono menyamar jadi pemain sepak bola wanita sementara Indro di sini memainkan peran kembar.
Film garapan sutradara Arizal ini tercatat oleh Perfin sebagai film terlaris pertama tahun 1983 dengan jumlah penonton sebanyak 658.896.
Â