Liputan6.com, Jakarta - Setelah teror ledakan bom yang terjadi pada konsernya, Ariana Grande masih merasakan trauma yang mendalam. Sesudah serangan teror yang menewaskan 22 orang itu, Ariana Grande tidak yakin bisa menyanyikan lagunya lagi.
Peristiwa ledakan Manchester yang terjadi di konser Ariana Grande sudah pasti menorehkan luka batin untuk artis 23 tahun tersebut. Seperti dilansir dari E! News, Sabtu (10/2/2018), apa yang dirasakan gadis berusia 24 tahun ini disampaikan langsung oleh sang manajer, Scooter Braun.
Â
Advertisement
Â
Baca Juga
Trauma
"Ketika dia tahu bahwa penggemarnya telah meninggal, dia sangat sedih," kenang Braun. "Maksudku, dia menangis berhari-hari dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Dia merasakan setiap rasa sakit," tambahnya.Â
Â
Advertisement
Batalkan Tur
Beberapa hari setelah teror bom itu terjadi, Braun pun bersiap untuk membatalkan tur Grande's Dangerous Woman lainnya. Namun, Ariana tidak membiarkannya.
"Dia berkata, 'Jika saya tidak melakukan sesuatu, saya bukan seperti diri saya dan orang-orang ini mati sia-sia. Saya butuh kembali ke jalanku," ingat Braun. Kemudian Braun mengungkapkan bahwa mereka kemudian memutuskan untuk menyelenggarakan konser amal One Love Manchester.
Â
Konser Amal
Sekitar dua minggu setelah teror bom tersebut, Ariana kembali ke panggung untuk tampil di konser One Love Manchester, sebuah acara yang diselenggarakan untuk memberikan keuntungan bagi keluarga korban dan korban selamat.
Beberapa artis berpartisipasi dalam acara tersebut, termasuk Justin Bieber, Miley Cyrus, Katy Perry, Coldplay, Niall Horran, Pharrell Williams, dan banyak lagi. Menurut ABC News, konser tersebut mengumpulkan hampir 3,5 juta dolar dan membantu membawa We Love Manchester Emergency Fund menjadi 13 juta dolar.
Advertisement