Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya mencintai diri sendiri dalam perspektif spiritual. Menurutnya, tubuh manusia bukan sekadar jasad, melainkan kendaraan menuju Allah SWT.
Dalam sebuah pengajian yang digelar belum lama ini, Gus Baha menekankan bahwa semua anggota tubuh manusia memiliki fungsi ibadah yang sangat mulia jika digunakan dengan benar.
Advertisement
"Jangan pernah kamu nggak sayang sama dirimu sendiri," kata Gus Baha dalam ceramahnya yang menyentuh hati para jemaah.
Advertisement
Ia menjelaskan bahwa setiap bagian tubuh adalah anugerah yang memiliki nilai ibadah luar biasa jika digunakan untuk mendekat kepada Allah.
"Kamu punya mata, itu bisa digunakan untuk melihat orang alim. Pahalanya seperti ibadah bertahun-tahun," lanjutnya, dikutip dari kanal YouTube @takmiralmukmin, Jumat (25/04/2025).
Gus Baha melanjutkan bahwa tidak hanya mata, tapi seluruh tubuh adalah instrumen untuk ibadah, termasuk hidung, mulut, tangan, hingga kaki.
"Hidung bisa digunakan untuk sujud. Itu luar biasa," ucap Gus Baha lirih, membuat jamaah terdiam penuh renungan.
Ia juga mengingatkan bahwa mulut tidak hanya untuk makan, tapi juga untuk berdzikir dan wirid, yang menjadi amalan rutin umat Islam.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Jangan Remehkan Tubuhmu
"Barokahnya mulut, kamu bisa makan. Dari makan itu kamu bisa kuat untuk sholat. Dan dari mulut juga kamu bisa berdzikir kepada Allah," jelasnya.
Menurut Gus Baha, ini semua adalah bagian dari nikmat yang tak boleh disia-siakan. Tubuh adalah fasilitas ilahi yang membawa manusia dalam perjalanan spiritual.
"Semua ini adalah sarana kita menuju Allah. Maka jangan remehkan tubuhmu," ungkapnya tegas.
Ia lalu menegaskan bahwa mencintai diri sendiri bukan berarti egois atau sombong, tapi sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah titipkan kepada manusia.
"Kamu harus sayang. Karena tubuh ini adalah alat, kendaraan kita menuju Allah SWT," ujarnya.
Gus Baha mengutip pendapat para ulama terdahulu yang menyatakan bahwa cinta terhadap tubuh sendiri adalah bagian dari kebaikan iman.
"Para ulama bilang, kita wajib sayang sama diri sendiri. Karena semua yang ada pada kita ini membawa kita ke Allah, bukan ke neraka," tambahnya.
Pesan tersebut disampaikan dalam nuansa yang sangat sederhana namun sarat dengan kebijaksanaan khas Gus Baha, yang dikenal luas dengan pendekatan dakwahnya yang membumi.
Â
Advertisement
Rawat Tubuhmu
Â
Ia juga menyindir cara berpikir yang kerap meremehkan diri sendiri atau bahkan menyiksa diri karena merasa hina atau tak berguna.
"Kalau kamu merasa hina terus, itu bukan tawadhu. Bisa jadi itu malah kufur nikmat," tandasnya.
Dengan nada lembut namun tajam, Gus Baha mengajak semua orang untuk memaknai keberadaan diri secara positif, terutama dalam konteks ibadah dan penghambaan kepada Allah.
"Diri kita bukan beban. Diri kita ini amanah, dan sangat layak dicintai," katanya.
Di akhir pengajian, Gus Baha menyampaikan harapan agar umat Islam lebih memahami bahwa tubuh ini adalah fasilitas spiritual, bukan hanya jasad duniawi.
"Maka, rawat tubuhmu, sayangi dirimu. Karena dengan itulah kamu bisa sampai ke Allah SWT," tutupnya.
"Di mana letak syiriknya? Semua doa tetap bermuara ke Allah. Nabi dan wali itu cuma pengantar," ungkapnya.
Gus Baha juga menyayangkan adanya kelompok-kelompok yang terlalu mudah menyesatkan amalan yang sudah ratusan tahun dipraktikkan umat Islam, bahkan oleh para ulama besar dunia.
Menurutnya, jika seseorang menyebut obat dan dokter sebagai penyebab sembuh tanpa menyebut Allah, itu jauh lebih rawan pada syirik dibanding mereka yang bertawasul tapi tetap menyandarkan kesembuhan pada Allah.
"Kalian bilang, 'Alhamdulillah cocok sama dokter kemarin.' Ya itu logika sama kayak tawasul. Tapi kenapa kalian nggak nuduh itu syirik?" tukasnya.
Di akhir ceramah, Gus Baha mengajak umat Islam untuk lebih bijak dalam memahami konsep tauhid dan wasilah. Ia berharap tidak ada lagi tuduhan syirik yang gegabah kepada saudara seiman hanya karena perbedaan cara mendekatkan diri pada Tuhan.
"Tauhid itu bukan sekadar slogan, tapi cara berpikir yang jernih dan adil," pungkasnya.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
