Joko Anwar Ungkap Alasan Film Gundala Gunakan Teknologi Dolby Atmos

Gundala jadi film Indonesia pertama yang menggunakan tata suara Dolby Atmos.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Agu 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2019, 14:30 WIB
Poster Film Gundala
Film Gundala.(Screenplay Films/Legacy Pictures)

Liputan6.com, Jakarta - Kamis (29/8/2019), Gundala tayang di jaringan bioskop Tanah Air. Sineas Joko Anwar mengaku lega Gundala akhirnya menyapa penggemar komik dan pencinta film Indonesia. Joko Anwar menyebut Gundala film terberat sepanjang kariernya. Ia harus mengarahkan 1.800 pemain dan kru.

Saat syuting selesai, proses pascaproduksi rupanya tak kalah menantang dan butuh waktu sekitar setahun. Kepada Showbiz Liputan6.com, Joko Anwar berbagi cerita betapa menantangnya proses produksi Gundala.

“Sangat menantang. Saat menggarap naskahnya, 50 persen berdasarkan komik dan 50 persen lagi dari catatan-catatan Pak Hasmi. Setelah syuting, kami menggunakan teknologi CGI yang detail, ada 680 shot dan orang enggak sadar karena enggak berasa. Lama banget pekerjaanya,” beber Joko Anwar di Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Untuk CGI, Gundala melibatkan total 11 vendor. “Kami merekrut 10 dari dalam negeri dan 1 vendor luar negeri,” sambung sutradara film Pengabdi Setan.

Hal lain yang membuat proses pengerjaan Gundala lama, penggunaan teknologi Dolby Atmos untuk memaksimalkan tata suara. Gundala, film Indonesia pertama yang menggunakan tata suara Dolby Atmos.  

Capai Rp 70 Miliar?

[Fimela] Joko Anwar
(Adrian Putra/Fimela.com)

Sementara film Indonesia pertama yang dibekali tata suara Dolby Stereo, yakni Perwira dan Ksatria (1991) yang dibintangi Dede Yusuf dan Dian Nitami. Joko Anwar menjelaskan, penggunaan Dolby Atmos bukan untuk gaya-gayaan.

“Memang dibutuhkan tata suara lebih canggih untuk membangun atmosfer dan dunia Gundala. Makanya kami putuskan pakai Dolby Atmos, ini juga memperlama proses pascaproduksi karena waktunya dua kali lebih lama dari Dolby Digital 7.1 biasanya,” Joko Anwar menukas.

Beredar kabar proses CGI dan penerapan Dolby Atmos membuat biaya produksi bengkak hingga 70 miliar rupiah. Joko Anwar membantah. “Banyak yang bilang 70 miliar rupiah, kami setengahnya enggak ada, loh. Pemainnya banyak karena mereka mau bekerja dengan cinta,” ujarnya. (Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya