Liputan6.com, Jakarta - Cornelia Agatha memiliki keseriusan terhadap kasus-kasus bullying yang tengah marak terjadi di Indonesia. Ia memiliki keinginan besar untuk bisa berperan memutuskan mata rantai kasus bullying dan kekerasan terhadap anak.
Cornelia Agatha mengaku ingin memiliki sebuah lembaga yang fokus mengurus masalah-masalah tersebut. Hal itu disampaikan Cornelia Agatha saat ditemui di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Selasa (21/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
"Jadi ini ada rencana juga, rencana besar saya ingin membuat sebuah lembaga yang sifatnya perlindungan anak dari kekerasan. Kita baru ketemu temen-temen, beberapa temen yang memang peduli, yang memang profesional di sana, dan aktivis juga. Untuk minta masukan dan mungkin bisa bekerja sama gitu," kata Cornelia Agatha.
Â
Kampanye
Cornelia Agatha menyadari betul bahwa kasus bullying ini memang harus segera disudahi. Paling tidak, pemahaman soal masalah-masalah tersebut harus dimulai dari yang paling dekat, yakni di keluarga.
"Ya memang marak, justru itu salah satu program saya ingin membuat satu program untuk mengedukasi sekolah-sekolah tentang bullying gitu. Dan juga mengampanyekan kekerasan anak di domestik, di keluarga," ujarnya.
Â
Advertisement
Jenguk Korban Kekerasan
Cornelia Agatha pernah memiliki pengalaman menjenguk langsung korban-korban kekerasan dan bullying terhadap anak.
"Tahun 2010 saya sempat nengokin seorang bayi berumur lima bulan. Dia menjadi korban kekerasan ibunya, tangan dua-duanya patah, kakinya dua-duanya patah, itu saya sempet nengok ke rumah sakit," ungkap Cornelia Agatha.
Â
Korban Penculikan
"Setelah itu saya menemukan lagi satu kasus yang cukup ramai di media, saya sempet ke rumah sakit lagi nengok anak yang lain yang menjadi korban penculikan, terus dijadiin pengemis gitu ya tapi penuh luka-luka," katanya lagi.
Â
Advertisement
Tak Bisa Berkomunikasi
Cornelia Agatha menambahkan, saking stresnya karena keadaan tersebut, anak tersebut sampai-sampai tidak bisa berkomunikasi.
Â
Stres Berat
"Dan anak itu stres banget, pada saat saya ajak ngomong dia enggak bereaksi. Tapi dia cuma nangis aja dan pandangannya cuma satu arah ke atas, sama sekali dia nggak bereaksi sama saya, jadi memang sudah stres berat," katanya lagi.
Advertisement