Liputan6.com, Seoul - Snowdrop kembali menuai petisi. Drama Korea yang dibintangi Jisoo Blackpink dan Jung Hae In ini menuai keresahan yang dituang dalam sebuah petisi yang dialamatkan ke Cheong Wa Dae, Istana Kepresidenan.
Paraf yang dikumpulkan tak tanggung-tanggung, saat artikel ini ditulis mencapai lebih dari 200 ribu tanda tangan. [Petisi ](muncul "")ini masih akan dibuka hingga 18 Januari tahun depan.Â
Diwartakan Allkpop, Senin (20/12/2021), sebagian penonton menilai ada fakta sejarah Korea yang telah didistorsi.
Advertisement
Baca Juga
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Poin yang Dipermasalahkan
Dalam petisi ini, dinyatakan bahwa episode pertama menampilkan tokoh utama wanita yang dengan keliru menyelamatkan mata-mata melawan gerakan pro-demokrasi.
Disebutkan pula bahwa saat seorang tokoh dari National Sercurity Planning mengejar mata-mata yang diperankan oleh tokoh utama pria, diputar lagu yang memiliki nilai penting. Lagu ini digunakan sebagai simbol gerakan pro-demokrasi.
Advertisement
Dituduh Meromantisasi
Hal lain yang bikin pendukung petisi ini gerah, yakni drama ini dianggap meromantisasi posisi mata-mata yang diperankan oleh sang tokoh utama.
Sang mata-mata yang secara keliru dianggap merupakan tokoh pro-demokrasi juga dianggap sebagai pembelokan sejarah. Alasannya, adalah dalam kenyataannya banyak warga tak berdosa yang disiksa pemerintah saat itu, karena secara keliru dianggap sebagai mata-mata.
Tanggapan Warganet
Beberapa warganet menuangkan komentar terkait petisi dan drakor ini.
"Tidak layak menggunakan lagu yang begitu signifikan untuk adegan yang menampilkan agen dari National Security Planning dan seorang mata-mata," kata seorang warganet.
"Drama yang menampilkan narasi yang merusak nilai sejarah dari gerakan pro-demokrasi," kata yang lain
Advertisement
Sejak Belum Tayang
Snowdrop sudah sempat dihajar protes lewat petisi, bahkan sebelum dramanya tayang. Kala itu, beredar sinopsis drama ini di media sosial, dan tak sedikit yang menuduh drakor ini bakal memelintir sejarah. Pihak JTBC maupun tim drama berkali-kali membantahnya, termasuk anggapan meromantisasi mata-mata dan agen NSP.Â
"Dalam latar ini, seorang mata-mata Korea Utara dan seorang agen NSP yang mengejar sang mata-mata hadir sebagai para karakter utama. Mereka bukan karakter yang mewakili organisasi atau badan pemerintah yang terkait. Mereka adalah karakter yang menekankan sudut pandang kritis atas NSP, yang secara aktif mendukung niat jahat yang ingin mempertahankan kekuatan partai pemegang kekuasaan," tutur JTBC Maret lalu.Â