Liputan6.com, Jakarta Djenar Maesa Ayu menyebut Yogyakarta dan Bali punya tempat khusus di hatinya. Bintang film Tuhan Izinkan Aku Berdosa merasa pulang ke rumah saat berada di Kota Gudeg maupun Pulau Dewata.
Terang-terangan, Djenar Maesa Ayu tak pernah ditanyai merek tas, sepatu, dan terbelenggu aturan tak tertulis soal bagaimana semestinya artis berbusana saat berada di Yogyakarta maupun Bali. Ini membuatnya happy.
Baca Juga
“Teman-teman saya banyak di Jogja, seniman-seniman hebat. Mereka saling mendukung, enggak jaim. Di sini tuh enggak yang harus melihat (merek) tas lo apa, sepatu lo apa, hari ini pakaiannya apa,” kata Djenar Maesa Ayu.
Advertisement
Di Yogyakarta dan Bali, ia bertemu banyak seniman hebat. Penampilan mereka tak glamour cenderung bersahaja. Inilah yang membuat Djenar Maesa Ayu termotivasi untuk sederhana dalam berbusana namun kaya akan karya.
I'm Home
“Banyak sekali aku ketemu orang luar biasa tapi (penampilan) mereka biasa saja. Hampir sama Jogja dan Bali. Di mana kita pergi, kita melihat kesenian dari mural atau apa pun. Saya merasa hidup (di sini). Luar biasa di Jogja. Sebagai seniman, i’m home,” akunya.
Ada sejumlah film yang dibintangi Djenar Maesa Ayu dengan lokasi syuting di Yogyakarta. Salah satunya, Tuhan Izinkan Aku Berdosa karya sineas Hanung Bramantyo yang dibintanginya bersama Aghniny Haque, Donny Damara, dan Keanu Angelo.
Advertisement
Sensor Tak Memperbolehkan
Tuhan Izinkan Aku Berdosa diadaptasi dari novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhiddin M Dahlan. Sejujurnya, Djenar Maesa Ayu lebih suka judulnya sesuai novel. Namun, produser MVP Pictures, Raam Punjabi, Hanung Bramantyo dan tim punya pertimbangan khusus.
Ia menghormati kebijakan ini. “Sensor tidak memperbolehkan ada kata-kata pelacur, dan beberapa kata lain. Jadi pertimbangan tim produksi bukan karena takut atau apa, tapi memang karena tidak bisa karena sensor,” Djenar Maesa Ayu menjelaskan.
Moralitas Itu Apa, Sih?
Dirilis di bioskop mulai 22 Mei 2024, ia mengajak masyarakat menonton Tuhan Izinkan Aku Berdosa dengan hati terbuka. Film ini diproduksi bukan untuk mencari sensasi.
“Ya betul, menonton dengan pikiran terbuka. Ketika terbuka, kita tahu kemungkinan seperti itu ada. Dan memang bukan kemungkinan, itu ada, itu realitasnya,” paparnya panjang.
“Makanya jangan menutup diri. Justru di sini, kita membicarakan moralitas itu apa sih? Banyak sekali orang yang sembunyi di balik moral salah satunya agama,” Djenar Maesa Ayu mengakhiri.
Advertisement