Liputan6.com, Jakarta Industri film Indonesia tengah bergairah. Pasalnya, film Indonesia rilisan 2024 berhasil menjual lebih dari 82 juta tiket. Ini rekor dalam sejarah sinema Tanah Air. Pencapaian ini bukan tanpa catatan.
Meski tumbuh signifikan dalam satu dekade terakhir, film Indonesia masih menghadapi sejumlah kendala dari akses pendanaan dan distribusi yang merata. Karenanya, dibutuhkan partisipasi dan inovasi dari berbagai pihak.
Advertisement
Baca Juga
Mengawali 2025, Cinevix, startup teknologi berbasis blockchain, merencanakan peluncuran platform yang diklaim mampu menghadirkan solusi bagi kreator khususnya film independen. Teknologi ini menjanjikan transparansi dan akses lebih luas.
Advertisement
Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, Jumat (24/1/2025), Penggagas Cinevix, Daniel Yorick, mengatakan platform ini diharapkan dapat jadi alternatif bagi pendanaan dan distribusi karya film di Tanah Air.
Potensi Besar
“Industri film Indonesia memiliki potensi besar, tapi sering terhambat akses pendanaan yang terbatas dan kurangnya transparansi dalam distribusi hasil karya. Karenanya, kami ingin membuka jalan baru yang lebih adil dan inklusif,” katanya.
Daniel Yorick membeberkan, platform ini mencakup beberapa fitur utama, misalnya CineFi, platform crowdfunding berbasis blockchain yang memungkinkan kreator mengajukan proyek dan mendapat dukungan dana langsung dari komunitas.
Advertisement
Pendekatan Baru
Fitur CinePlay, layanan streaming Video on Demand yang mendukung kreator memonetisasi karya secara fleksibel. Selain itu, ada CineFest, festival film tahunan yang akan memberi panggung bagi karya terbaik hasil kolaborasi melalui ekosistem Cinevix.
“Salah satu pendekatan baru yang dipakai startup ini mengintegrasikan tren Real-World Asset ke sistem mereka. Ini memungkinkan digitalisasi aset dunia nyata seperti hak cipta film, untuk mempermudah transaksi, dan menaikkan nilai investasi,” ujar Daniel Yorick.
Menciptakan Keadilan
RWA saat ini dipandang sebagai tren utama dalam ekosistem blockchain, yang menawarkan peluang besar bagi sektor kreatif untuk menarik minat investor global. Penerapan teknologi ini dirancang tim yang terdiri berbagai ahli, termasuk Farhan Aziz Ath Thariq.
“Kami percaya blockchain bukan hanya alat teknologi, tapi juga solusi menciptakan keadilan dalam industri kreatif,” ujar Farhan Aziz, menyoroti potensi teknologi ini dalam membawa transparansi bagi kreator maupun investor.
Advertisement