<i>12 Years a Slave</i>, Drama Tragis Tanpa Basa-basi

Dari beberapa film yang diunggulkan sebagai nominator Academy Awards, 12 Years a Slave hadir sebagai salah satu film yang paling mencolok.

oleh Feby Ferdian diperbarui 18 Feb 2014, 20:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2014, 20:00 WIB
12-years-a-slave-140218c.jpg

Dari beberapa film yang diunggulkan sebagai calon pemenang di Academy Awards 2014, kisah 12 Years a Slave hadir sebagai salah satu film yang paling mencolok. Film ini tampil meriah dengan penampilan aktor-aktor ternama seperti Chiwetel Ejiofor (2012), Brad Pitt (World War Z), Benedict Cumberbatch (Star Trek Into The Darkness), Paul Giamatti (The Amazing Spider-Man 2), serta Michael Fassbender (X-Men Origins).

Selain itu, 12 Years a Slave juga berhasil memborong sembilan nominasi untuk kategori Best Picture, Best Director, Best Actor, Best Supporting Actor, Best Supporting Actress, Best Production Design, Best Adapted Screenplay, Best Costume Design, hingga Best Film Editing.

Bahkan, lewat perolehan yang diterimanya ini, 12 Years a Slave sukses mengalahkan para pemborong nominasi lain seperti Captain Phillips dan The Wolf of Wall Street. Sayangnya, meski tercatat unggul dengan sembilan nominasi, film ini masih harus kalah oleh American Hustle dan Gravity yang berhasil merajai nominasi lewat sepuluh kategori.

Diproduseri oleh Dede Gardner, Jeremy Kleiner, dan Brad Pitt, film 12 Years a Slave berkisah tentang Solomon Northup yang diculik dari kediamannya pada 1841 silam. Tak hanya harus terpisah jauh dari istri dan anak-anaknya, Solomon pun harus menerima nasib saat dijual dan dipekerjakan di Lousiana selama dua belas tahun.

Beruntung, lewat ketegaran dan keyakinan yang terus dipegangnya. Pria kulit hitam ini mampu bertahan hingga resmi dibebaskan pada tahun 1852.

Diketahui, selain memiliki naskah menawan yang ditulis langsung oleh John Ridley, 12 Years a Slave juga tergolong solid melalui penuturan cerita yang tergolong enjoyable. Didukung oleh akting yang mumpuni dari porsi masing-masing pemain, film ini pun mampu memperlihatkan nasib Solomon Northup secara gamblang tanpa harus terjebak dalam bumbu-bumbu dramatisasi yang biasanya dipakai oleh film biopik kebanyakan.

Alhasil, meski tergolong cukup berat untuk dinikmati sebagai tontonan akhir pekan, tak ada yang mampu menyangkal kekuatan film ini untuk meraih puncak kemenangan di Academy Awards nanti. Bagaimana menurut Anda?(Feb/fei)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya