Napak Tilas Sejarah Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya

Kantor Gubernur Jawa Timur merupakan bangunan bersejarah dan menjadi bangunan cagar budaya di Surabaya.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jul 2019, 06:00 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2019, 06:00 WIB
Gubernur Khofifah Luncurkan Program MJC, EJSC, dan Big Data
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meluncurkan program Millenial Job Center/MJC, East Java Super Coridor/EJSC, dan Big Data di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Senin (27/05/2019) sore. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kantor Gubernur Jawa Timur di Surabaya merupakan salah satu bangunan bersejarah. Hal itu juga membuat Pemerintah Kota Surabaya menjadikan kantor Gubernur Jawa Timur sebagai salah satu cagar budaya.

Kantor Gubernur Jawa Timur ini juga ternyata telah mengalami permindahan lokasi beberapa kali. Di zaman Belanda, awalnya kantor gubernur menempati sebuah gedung di Jalan Jembatan Merah, Surabaya. 

Pada 1929, dibangun gedung kantor baru Gubernur Jawa Timur yang sekarang berada di Jalan Pahlawan No.110, Surabaya. Kantor gubernur tersebut berada tepat di depan Tugu Pahlawan dan Kantor Pos Kebon Rojo. Sebelumnya, gedung itu berada di Jalan Kembang Jepun hingga tahun 1930-an.

Liputan6 mengutip dari buku Jalan-Jalan Surabaya, enaknya ke mana? karangan Yusak Anshori dan Adi Kusrianto. Pada saat itu kawasan Kembang Jepun merupakan kawasan bisnis utama yang padat dan banyak kendaraan yang parkir di sekitar jalan.

Sehingga dengan berjalannya waktu, gedung kantor gubernur dipindahkan ke daerah yang belum padat. Gedung kantor yang baru mulai dibangun pada Mei 1929 oleh NV Nederlandsche Aanneming Maatschappij (Nedam) dan dirancang oleh W. Lemci. Gedung tersebut selesai pada Agustus 1931.

Kemudian pada 10 Desember 1931 bangunan ini digunakan sebagai kantor pemerintah kolonial Belanda. Kegiatan pemerintahan pun dipindahkan ke kantor baru yang kemudian difungsikan sebagai Gouverneurs Kantoor (kantor gubernur), residensi kantoor (kantor residen) dan CKC. Kantor gubernur di Jalan Pahlawan ini berada di atas lahan seluas 11.612 m2.

Mengutip disperpusip jatimprov, bangunan pokok terdiri dari dua lantai bergaya Roma dengan luas bangunan 7.865 m2 yang dimodernisasi. Pembangunan gedung ini menelan biaya sebesar 805.000 gulden.

Gedung tersebut juga alami renovasi beberapa kali karena kerusakan akibat pengeboman pada masa perang kemerdekaan dan disesuaikan dengan kebutuhan yang ada.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini di tempati oleh Syucokan alias pejabat setingkat Gubernur. Tak hanya itu, gedung ini pun pernah menjadi tempat perundingan Soekarno dengan Jenderal Hawtorn pada Oktober 1945 untuk mendamaikan pertempuran pejuang dengan pasukan Sekutu. 

Di gedung ini pula pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB, Gubernur Soerjo memutuskan menolak ultimatum menyerah tanpa syarat.

Gedung ini memiliki ciri khas dari temboknya berwarna putih seluruhnya dengan menara jam yang memiliki ornamen kubah kecil keemasan di puncaknya. Konon, gedung ini menjadi simbol pembangunan gedung-gedung berarsitektur di Surabaya.  

Pada 1972, di depan bangunan utama dibangun gedung berlantai tiga yang digunakan sebagai gedung DPRD Jawa Timur yang sebelumnya dipindahkan ke Jalan Indrapura. Di komplek gedung ini terdapat bekas ruang sidang DPRD. Saat ini diberi nama Binaloka Adikara yang berarti tempat pembinaan hal-hal yang baik.

Kemudian dibangun juga kantor baru di belakang gedung lama. Pada 10 Oktober 1981, pembangunan gedung baru dilaksanakan dengan ditandai pemancangan tiang pertama.

 

(Wiwin Fitriyani, mahasiswi Universitas Tarumanagara) 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mengenang Pertempuran 10 November di Tugu Pahlawan Surabaya

Tugu Pahlawan
Salah satu tempat yang dapat dikunjungi untuk memperingati Hari Pahlawan 10 November. (foto: travelmatekamu.com)

Sebelumnya, Tugu Pahlawan, salah satu ikon kota Surabaya , Jawa Timur. Tugu Pahlawan ini dibangun untuk memperingati peristiwa pertempuran 10 November 1945. Tak hanya itu, Tugu Pahlawan menjadi salah satu bangunan yang ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur.

Terletak di Jalan Bubutan, Surabaya dan tepat di depan kantor gubernur. Tugu yang bukan hanya bersejarah bagi warga Surabaya, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pada awalnya, tinggi Tugu Pahlawan direncanakan 45 meter sesuai dengan angka tahun berdirinya Republik Indonesia. Namun, hal itu diurungkan karena alasan masalah konstruksi bangunan yang dikhawatirkan tidak mampu menopang ketinggiannya.

Hingga akhirnya tugu tersebut dibangun dengan tinggi 41,15 meter. Tugu Pahlawan dibuat 11 bagian (tingkatan), bagian puncak tugu bentuknya meruncing dilengkapi dengan lampu berwarna merah dan penangkal petir.

Juga terdapat hiasan berbentuk tumpal warna kuning keemasan pada bagian atas dan bawah tugu. Tugu tersebut memiliki denah berbentuk seperti segi 10 dengan permukaannya membentuk jalur-jalur lengkung vertikal.

Sehingga, angka 10 dan 11 ini melambangkan peristiwa 10 November 1945. Monumen Tugu Pahlawan dibangun selama 10 bulan, yang kemudian diresmikan oleh Soekarno pada 10 November 1952.

Akan tetapi, baru pada 1988 dimulai penataan lapangan Tugu Pahlawan yang dilengkapi dengan bangunan museum, pintu masuk, patung, dan beberapa relief perjuangan. Sejak saat itu, lapangan tersebut sering digunakan sebagai tempat upacara dan penyelenggaraan berbagai kegiatan kenegaraan.

Di sekitar area tugu terdapat Museum Sepuluh November, arca proklamator, dan replika reruntuhan bangunan kolonial. Ketika 1991 sampai 1996, dilakukan pembenahan kembali pada Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November.

Pembenahan itu diarsiteki oleh Sugeng Gunadi, dari Institut Teknologi Sepuluh November. Tugu tersebut masih dalam kondisi baik dan terawat, hanya saja lampu berwarna merah yang ada di puncak tadi sudah tidak berfungsi lagi.

Dan kolam pada bagian dasar struktur tidak lagi dialiri air. Yang kemudian diberi hiasan tambahan yaitu lampu-lampu berbentuk kobaran api yang diletakkan diatas tiang-tiang beton.

Ternyata bangunan Tugu Pahlawan didesain sedemikian rupa demi memperingati Hari Pahlawan. Maka, hargailah perjuangan pahlawan Surabaya di masa silam dengan cara mengunjunginya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya