Mahasiswa Universitas Surabaya Tampilkan Ratusan Rancangan Saat Acara Kelulusan

Sebanyak 180 koleksi looks Fall Winter 2019 dan Spring Summer 2020 hasil rancangan 28 mahasiswa Universitas Surabaya ditampilkan dalam acara Graduation Show.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2019, 18:00 WIB
Asal-usul Nama Jalan Gunungsari Surabaya yang Bakal Diganti Nama Siliwangi
Patung Suro lan Boyo ikon Kota Surabaya karya Sigit Margono. (Dipta Wahyu/Jawa Pos)

Liputan6.com, Jakarta - Mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Universitas Surabaya menampilkan ratusan busana rancangannya dalam acara Graduation Show 2019 bertajuk Disenthrall di Surabaya, pada Sabtu, 21 September 2019.

Pada acara itu menampilkan sebanyak 180 koleksi looks Fall Winter 2019 dan Spring Summer 2020 hasil rancangan 28 mahasiswa Universitas Surabaya. Hal itu disampaikan penanggung jawab acara Graduation Show 2019 Prayogo Widyastoto Waluyo.

"Tahun ini kami mengusung tema  Disenthrall yang memiliki arti pembebasan. Pembebasan berarti bebas, bergaya, ekspresif dan dinamis,” ujar dia dilansir Antara, Minggu (22/9/2019).

Pada acara itu, setiap mahasiswa diwajibkan membuat lima rancangan busana dan 15 produk lifestyle mulai dari aksesoris kepala hingga sepatu yang dikenakan. Desain pakaian yang dirancang oleh mahasiswa dibuat lebih muda dengan target pasar untuk anak muda yang aktif dan energik.

Salah satu desainer, Nia Krisanti membuat koleksi bernama Human Being. Karyanya didominasi warna putih yang terinspirasi dari penderita albino yang mengalami kekurangan warna pigmen.

"Saya membuat karya ini untuk memanusiakan manusia. Melalui tema flawful yang berarti tidak sempurna, cacat dan memiliki kekurangan, akhirnya saya terinspirasi dari penderita Albino. Sebetulnya penderita Albino sama seperti manusia yang lain dan bebas bergaya, mereka memiliki perbedaan warna kulit yang unik. Itu yang membuat daya tarik tersendiri,” tutur dia.

Nia mengambil desain busana lengan panjang dan menggunakan material berbahan fleece yang cocok digunakan untuk musim dingin dan berangin.

Namun, desain ini dapat dipakai oleh masyarakat lokal karena dirancang dengan menyesuaikan iklim yang ada di Indonesia. Selama proses perancangan desain selama 1,5 bulan, Nia fokus pada warna dan bentuk iris mata penderita Albino yang menjadi ciri khas motif koleksinya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Selanjutnya

Sedangkan Nancy Restiandini menunjukkan koleksi miliknya berjudul Sentoki yang diambil dari Bahasa Jepang berarti pejuang. Looks yang dia rancang terinspirasi dari para pemain bisbol Hokkaido di Jepang.

Dia mengaku kesulitan desain yang termasuk dalam tema The Games kategori Spring Summer 2020 itu pada pemilihan kain yang tidak ada di Indonesia serta teknik tali yang dibuat sendiri sehingga menjadi motif sesuai dengan tema dan tren fashion dunia.

"Keunikannya ada pada material bahan kain yang saya pesan langsung dari China dan desainnya saya buat agak menggelembung mirip seperti bola Baseball. Begitu juga aksesoris tas yang digunakan. Busana ini mempunyai ciri khas desain pakaian yaitu menggunakan leather strap sehingga memberikan kesan sporty," ujar dia.

Pada acara ini juga terdapat 40 desain karya lainnya dibuat oleh mahasiswa FIK Ubaya yang tergabung dalam mata kuliah Local Content Design Project dan Evening Gown Design Project.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya