Pengusaha Asal Surabaya Ini Bantu Pengungsi Suriah

Pengusaha dan pendiri grup Mayapada Dato Sri Tahir menyumbangkan dana dan mengunjungi pengungsi Suriah di Yordania.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Okt 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2019, 09:00 WIB
Konglomerat Dato Sri Tahir Tukar Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Pendiri Mayapada Group Dato Sri Tahir memberi keterangan pers usai menukarkan dolar AS dan dolar Singapura, Jakarta, Senin (15/10). Pengusaha 66 tahun kelahiran Surabaya ini menukarkan dolarnya karena inisiatif pribadi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha dan pendiri grup Mayapada Dato Sri Tahir menyumbangkan dana dan mengunjungi pengungsi Suriah di Yordania. Selain itu, Tahir juga menyumbangkan dana untuk UNRW.

Tahir menuturkan, dirinya dinobatkan sebagai eminent advocate UNHCR sejak tiga tahun lalu. Tepatnya pada November 2016. Tahir mewakili benua Asia untuk eminent advocate tersebut. Penobatan itu juga atas kontribusi Tahir kepada pengungsi. Mengutip berbagai sumber, eminent advocate ini salah satu gelar kehormatan yang paling bergengsi dari UNHCR. Gelar ini diberikan kepada para pendukung paling berpengaruh dan berharga.

Selain itu, Tahir juga terlibat dalam United Nations Relief and Works Agency (UNRWA) atau Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi Palestina di Yordania.

Tahir mengaku kalau dirinya terlibat dalam dua organisasi tersebut untuk kemanusiaan. Pihaknya pun menyumbangkan dana untuk pengungsi Palestina sekitar Rp 5 miliar pada pekan ini.

"Pagi ini (kemarin-red) UNRWA Rp 5 miliar. Dana dari kami sendiri, sejak tahun lalu, dan saya pernah memberi sumbangan Rp 5 miliar untuk pemerintah Palestina di Beirut,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, lewat pesan singkat ditulis Jumat (4/10/2019).

 

 

*** Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Pengusaha Asal Surabaya yang Masuk Jajaran Orang Terkaya RI

Konglomerat Dato Sri Tahir Tukar Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Pendiri Mayapada Group Dato Sri Tahir memberi keterangan pers usai menukarkan dolar AS dan dolar Singapura, Jakarta, Senin (15/10). Pengusaha 66 tahun kelahiran Surabaya ini menukarkan dolarnya karena inisiatif pribadi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, dari Surabaya, Jawa Timur banyak lahir tokoh-tokoh terkenal yang sukses di bidangnya masing-masing. Sebut saja, atlet bulu tangkis peraih olimpiade Alan Budikusuma yang merupakan kelahiran Surabaya pada 29 Maret 1968. Ada juga atlet bulu tangkis Rudy Hartono yang lahir di Surabaya pada 18 Agustus 1949.

Tak hanya atlet, ada juga bintang muda kelahiran Surabaya yang dikenal lewat ajang pencarian bakat yaitu Fay Nabila dan Brandon De Angelo. Sedangkan pejabat pemerintahan, salah satunya, ada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang merupakan kelahiran Surabaya, Jawa Timur. 

Di dunia bisnis, ada salah satu pengusaha yang juga orang terkaya di Indonesia yang lahir di Surabaya. Salah satunya, Dato Sri Tahir. Berdasarkan data Forbes per 24 Juli 2019, total kekayaannya mencapai USD 4,6 miliar atau sekitar Rp 64,36 triliun (asumsi kurs Rp 13.992 per dolar Amerika Serikat).

Ia masuk jajaran 10 orang kaya di Indonesia versi Forbes. Tahir berada di peringkat ke-6 orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan USD 4,5 miliar pada 2018.

Tahir sempat menarik perhatian publik pada Oktober 2018. Hal itu lantaran langkah Tahir menukarkan dolar Amerika Serikat (AS) sebanyak Rp 2 triliun untuk membantu penguatan rupiah terhadap dolar AS. Dolar yang ditukar tersebut terdiri dari dolar AS senilai USD 93 juta dan 55 juta dolar Singapura. Dana tersebut berasal dari kocek Tahir sendiri.

"Jadi kita berikan bukti pada Pak Gubernur bahwa minggu lalu total kita menggantikan USD 93 juta plus 55 juta dolar Singapura. Ini setara Rp 2 triliun lebih sedikit," ujar dia, pada Senin, 15 Oktober 2018.

Ia juga pernah mengirim bantuan ke Palu, Sulawesi Tengah dengan memakai jet pribadi pada awal Oktober 2018. Dato Sri Tahir yang terlahir dengan nama Ang Tjoen Ming 67 tahun lalu, besar di Surabaya, Jawa Timur.  Ia lahir pada 26 Maret 1952. Ayahnya seorang pembuat becak. 

Tahir pernah bercita-cita menjadi dokter. Sayang, keinginannya itu gagal diwujudkan karena ayahnya mengalami sakit keras hingga tidak sanggup lagi membiayai keluarga.

Begitu lulus dari SMA Kristen Petra Kalianyar Surabaya pada 1971, Tahir mengambil pendidikan bisnis di Nanyang University, Singapura berbekal beasiswa. Setelah lulus dari Nanyang University, Tahir pun mulai merintis usaha garmen.

Dari usaha ini, ia memperluas usaha di bisnis furniture, showroom mobil, perbankan, real estate hingga kesehatan. Bahkan lewat bisnis usaha kesehatan ini, ia mengoperasikan Rumah Sakit Mayapada pada 1995. Hal ini juga berkaitan dengan cita-cita dahulu menjadi dokter.

Ayah dari empat anak ini mendirikan Bank Mayapada pada 1990. Usaha perbankan ini merupakan salah satu andalan bisnis Tahir.

Namun, termasuk orang terkaya di Indonesia tidak membuat Tahir menjadi besar kepala. Forbes mencatat, Tahir menyumbangkan tak kurang dari USD 50 juta atau Rp 475 miliar untuk sejumlah universitas di China, Indonesia, Amerika Serikat, dan Singapura.

 

Peduli Terhadap Sesama

Konglomerat Dato Sri Tahir Tukar Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Pendiri Mayapada Group Dato Sri Tahir usai menukarkan dolar AS dan dolar Singapura, Jakarta, Senin (15/10). Tahir menukarkan uang sebanyak USD 93 juta-55 juta dolar Singapura sekitar Rp 2 triliun. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Bos Mayapada ini menyumbangkan dana hingga USD 100 juta, dari rencana sebesar USD 200 juta. Sumbangan itu untuk membantu yayasan Indonesia Health Fund menanggulangi melawan masalah TBC, HIV, dan malaria di Indonesia. Dana tersebut juga digunakan untuk memperluas akses alat kontrasepsi.

Tahir menyebutkan, kepeduliannya terhadap sesama terinspirasi dari Mother Teresa, seorang biarawati Katolik Roma yang mendirikan Misionaris Cinta Kasih di Kalkuta, India pada 1950.

"Saya ingat sebuah autobiografi yang dituliskan oleh Mother Teresa. Di situ ditulis, suster-suster bertanya pada Mother Teresa mengapa orang yang sudah hampir mati, harus ditolong, dibawah ke dalam biara, lalu dimandikan dan diberi tempat yang baik. Padahal besok juga sudah mati," ujarnya pada 2015.

Tahir mengungkapkan, kemudian Mother Teresa berkata kepada suster-suster tersebut bahwa tugas manusia adalah memuliakan manusia lain. Meski nyawanya sudah tidak ada lagi.

"Mother Teresa berkata, saya ingin mengembalikan suatu kehormatan bahwa dia meninggal pun, meninggal dengan suatu kehormatan. Apalagi bagi yang hidup," lanjutnya.

Tahir juga bergabung dengan Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan sosial milik miliader terkaya di dunia Bill Gates. Pendiri Microsoft yang juga merupakan miliarder nomor satu dunia itu rela menyambangi Jakarta pada 5 April 2014 atas undangan Tahir.

Kunjungan singkat ke Jakarta ini untuk urusan sosial, tepatnya mendukung penuh pembentukan Indonesia Health Found, sebuah lembaga sosial yang akan menampung donasi para pengusaha dan filantropis di Indonesia yang dananya akan disumbangkan ke berbagai kegiatan kemanusiaan.

 

(Tito Gildas, Mahasiswa Universitas Indonesia)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya