Meracik Bisnis Jamu Iboe untuk Bertahan Hadapi Tantangan (II)

Sebelum bernama PT Jamu Iboe Jaya, perusahaan asal Surabaya ini bernama Djamoe Industrie en Chemicalien Handel “Iboe” Tjap 2 Njonja”.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mar 2020, 07:44 WIB
Diterbitkan 08 Mar 2020, 07:44 WIB
Jamu
Ilustrasi jamu. (Foto: pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - PT Jamu Iboe Jaya, salah satu perusahaan jamu tertua di Indonesia. Perusahaan asal Surabaya ini berdiri sejak 1910. Perusahaan jamu ini mampu bertahan di tengah waktu yang terus bergulir dan perubahan zaman begitu cepat.

Sebelum bernama PT Jamu Iboe Jaya, perusahaan asal Surabaya ini bernama Djamoe Industrie en Chemicalien Handel “Iboe” Tjap 2 Njonja”. Minuman jamu yang berasal dari resep keluarga ini dikembangkan oleh ibu dan anak yaitu Tan Swan Nio, bersama salah seorang putrinya, Siem Tjiong Nio.

Tan Swan Nio membangun usahanya dari toko kecil di Jalan Ngaglik 3-5 Surabaya. Product Group Manager PT Jamu Iboe Jaya, Perry Angglishartono mengatakan, toko yang sebagai tempat awal Jamu Iboe berdiri tersebut pun masih bertahan.

Adapun Jamu Iboe mulai berkembang pada 1932. Saat itu, perusahaan mulai merekrut tenaga kerja dari luar. Usaha jamu ini makin terkenal dari promosi mulut ke mulut lantaran mampu menyembuhkan wabah penyakit batuk. Pada 1932, warga Ngaglik terserang penyakit batuk. Racikan jamu Siem Tjiong Nio mampu menyembuhkan penduduk warga Ngaglik.

Jamu Iboe sudah berjalan lebih dari 100 tahun juga pernah hadapi tantangan menjalankan usaha. Perry menceritakan, pihaknya sempat alami badai pada 1998. Saat itu, krisis moneter melanda negara-negara di Asia termasuk Indonesia.

Perusahaan harus menaikkan harga dua kali lipat untuk mempertahankan kualitas produk jamu. Langkah tersebut pun mempengaruhi omzet perusahaan.

"Omzet turun 50 persen. (Kami-red) pertahankan kualitas produk. Kami tetap pakai kemasan aluminium untuk produk jamu tradisional yang bubuk,” ujar Perry saat dihubungi Liputan6.com.

Kemudian pada 2017, Perry menuturkan, pelaku industri sempat merasa down ketika mendengar kabar salah satu produsen jamu lainnya bangkrut lantaran gagal bayar utang. Sedangkan produsen jamu tersebut juga termasuk perusahaan tua dan produk jamunya dicari orang.

"Perusahaan di bawah sempat alami down. Jadi kami perusahaan jamu tidak menganggap (produsen jamu lain-red) competitor tetapi cooperation. Karena kami sama-sama edukasi mengenai jamu,” ujar Perry.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Mengenalkan Jamu kepada Generasi Muda

Jamu
Ilustrasi jamu. (Foto: pxabay)

Selain itu, saat ini pihaknya juga menghadapi tantangan untuk mengenalkan jamu kepada generasi muda. Hal ini mengingat persepsi generasi muda terhadap jamu adalah pahit dan belum sesuai dengan gaya anak muda atau istilahnya belum keren.

"Kami berusaha buat produk tetap relevan dengan zaman supaya tidak kena dengan disruption,” ujar dia.

Meski demikian, Perry menuturkan, pihaknya juga tidak meninggalkan produk yang lama. Sekitar 60 persen produknya juga merupakan jamu tradisional. "Harus mau berubah bukan berarti meninggalkan yang lama. 60 persen secara value masih lama, kami menambah item baru,” tutur dia.

Saat ini perusahaan menjual 200 produk jamu. Produk tersebut masih ada yang bentuk serbuk, ada juga kapssul, dan lainnya. Perusahaan juga mengenalkan produk jamu sebagai bagian gaya hidup. Oleh karena itu, pihaknya membuka kafe di pusat perbelanjaan. Selain itu, produk-produk Jamu Iboe juga dijual lewat outlet-outlet dan online. (Bersambung)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya