Jamu Coro, Minuman Khas Kabupaten Demak

Jamu coro menawarkan cita rasa sedikit pedas dan manis. Dinikmati saat masih panas, minuman ini berkhasiat untuk menghangatkan badan.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 16 Mar 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 16:00 WIB
Jamu
Jamu coro khas Demak, Jawa Tengah. (dok. Instagram @mosyakur/https://www.instagram.com/p/CN1zkR2LUum/)... Selengkapnya

Liputan6.com, Demak - Tak hanya soal makanan, Kabupaten Demak juga memiliki minuman khas yang patut dicoba. Adalah jamu coro yang merupakan minuman tradisional yang konon sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak Bintoro.

Jamu coro merupakan minuman tradisional berbahan dasar tepung. Minuman ini juga dibuat dengan rempah-rempah pilihan, seperti jahe, kayu manis, serai, santan kelapa, dan gula merah.

Jamu coro menawarkan cita rasa sedikit pedas dan manis. Dinikmati saat masih panas, minuman ini berkhasiat untuk menghangatkan badan. 

Keunikan jamu coro terletak pada wadah yang digunakan oleh penjual, yakni berupa kendil atau klenting dari tanah. Wadah tersebut ditutup dengan segumpal kain yang terbungkus plastik.

Wadah tersebut dapat menjaga jamu coro tetap hangat. Untuk mengambil jamu coro, penjual menggunakan potongan bambu kecil dengan gagang kayu. 

Mengutip dari pariwisata.demakkab.go.id, pada zaman dahulu, jamu coro kerap disajikan dalam pertemuan atau acara keraton Demak Bintoro. Oleh masyarakat Demak, jamu coro terus dilestarikan hingga menjadi minuman tradisional khas yang masih eksis hingga sekarang.

Salah satu wilayah yang menjadi sentra jamu coro adalah Desa Rejosari, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Minuman ini paling sering ditemukan di kampung-kampung sekitar maupun dijajakan berkeliling saat pagi hari.

Sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak Bintoro, lahirnya jamu coro tak bisa dipisahkan dari Ki Ageng Kakibalar. Konon, wedang jamu coro ditemukan sekitar akhir abad ke-15 oleh abdi dalem Sultan Trenggono tersebut.

Setelah perselisihan di Kerajaan Demak, ia keluar dari kerajaan dan mengabdi kepada masyarakat. Ia pun fokus menolong sesama, salah satunya melalui media resep ramuan minuman wedang jamu coro.

Ki Ageng Kakibalar menetap di Desa Rejosari, tepatnya di Dukuh Tegalsari. Wilayah tersebut hingga kini masih menjadi sentra jamu coro.

Anak-anaknya melanjutkan kebiasaan menolong sesama dengan media wedang tersebut selama beberapa keturunan. Hal itulah yang membuat jamu coro masih bertahan hingga sekarang.

Sejak 2024, jamu coro telah tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari Jawa Tengah. Hingga kini, eksistensi wedang jamu coro masih tetap bertahan dan tak tergeser dengan minuman-minuman masa kini.

Penulis: Resla

Promosi 1

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya