Pengabdian Siswa SMK di Jawa Timur untuk Produksi Baju APD

SMK di Jawa Timur masih terkendala bahan baku untuk pembuatan baju hazmat.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 06 Apr 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2020, 20:00 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pembuatan baju hazmat oleh siswa SMK di Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Di tengah kelangkaan Alat Perlindungan Diri (APD), partisipasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Timur (Jatim) untuk memproduksi baju hazmat, masker, hand sanitizer hingga cairan disinfektan  bermanfaat untuk mencegah penyebaran virus corona baru (Sars-CoV-2) yang menyebabkan Covid-19.

"Saya bangga, sekaligus memberikan apresiasi kepada siswa SMK se-Jatim, baik negeri maupun swasta, karena sangat peduli," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Wahid Wahyudi usai mengunjungi pembuatan baju hazmat dan masker di SMKN 6 Surabaya, Senin (6/4/2020).

"Ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, dalam berpartisipasi menolak atau menjaga dari virus Covid-19," ia menambahkan.

Berapa banyak produksi baju APD yang dihasilkan siswa SMK? Menurut Wahid, di SMKN 6 Surabaya ini, di jurusan atau kompetensi tata busana, per siswa bisa menghasilkan 3-5 buah baju APD.

"Sampai hari ini, SMK yang ada jurusan tata busana yang sudah partisipasi membuat APD ada 48 SMK. Dari 48 SMK ini sudah menghasilkan 2.500 APD, dan sudah diperbantukan ke masyarakat yang membutuhkan," terang Wahid.

Sebetulnya, masih sangat banyak SMK di Jatim yang mampu membuat APD, karena saat ini ada 235 SMK jurusan tata busana. Kalau per siswa bisa mambuat 3-5 APD, jika di rata-rata 30 saja per SMK per hari, ada 70 ribu APD yang bisa diproduksi oleh SMK.

Namun untuk penjahitan baju APD ini, SMK masih terkendala bahan baku. Oleh karena itu, Wahid meminta semua pihak yang memiliki bahan dan perlu dibuatkan baju APD, dipersilakan menghubungi SMK yang ada jurusan tata busana.

Tak hanya membuat baju APD, SMK di Jatim juga sudah membuat jenis APD lainnya, misalkan masker. "Sampai hari ini sudah 27 ribu masker yang diperbantukan ke masyarakat, khususnya Jatim," ujarnya.

Selain baju APD dan masker, SMK di Jatim juga memproduksi hand sanitizer dan sudah menghasilkan 4,7 ribu liter. Kemudian memproduksi disinfektan yang sampai hari ini sudah menghasilkan 4.800 liter.

"Ada yang diberikan lewat Pemprov untuk disalurkan ke masyarakat, juga ada yang diberikan kepada Pemkab/Pemkot di mana SMK itu berada," tutur dia.

"Ada pula lima SMK yang juga bisa menghasilkan room screening, dan sudah memberikan kepada masyarakat sebanyak 21 unit," imbuhnya.

Wahid pun mengaku bangga karena, pertama, yang dihasilkan ini adalah bentuk pengabdian SMK kepada masyarakat. Kedua, ini adalah praktikum riil yang hasilnya ditunggu masyarakat.

"Ketiga, ini adalah bentuk implementasi dari jargon yang selama ini digaungkan oleh SMK di Jatim, yakni SMK bisa, SMK hebat, SMK bisa hebat, dan SMK memang hebat," ujar dia.

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kesulitan Bahan Baku

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Pembuatan baju hazmat oleh siswa SMK di Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Sementara itu, Kepala SMKN 6 Surabaya, Bahrun menuturkan, semula pihaknya hanya menyiapkan masker. Akan tetapi, karena kebutuhan baju hazmat tak kalah mendesak, kedua APD tersebut diproduksi di sekolahnya.

"Kamis malam, kebetulan di Dinas Pendidikan ada bahan yang bisa dijahit. Saya sendiri yang mengambil karena kebetulan dekat. Paginya, Jumat, kita kerjakan bersama sekitar 43 anak. Ada yang saat itu hadir, ada yang diantar orangtuanya, ujar dia.

"Saya terima kasih kepada orangtua siswa, sehingga terbuatlah dalam dua hari itu 65 APD yang dibuat anak-anak SMKN 6," ia menambahkan.

SMKN 6 sanggup mengerjakan pembuatan baju APD dalam jumlah lebih banyak lagi. Namun, terkendala pada bahan baku.

"Saat ini kebetulah bahan sudah habis. Bahkan Unesa (Universitas Negeri Surabaya) juga pesan ke kita 165 unit, tapi kita tidak ada bahan yang dikerjakan. Padahal ada sekitar 45 anak yang sudah kita siapkan," kata dia.

Pengerjaannya pun tak harus di sekolah, tapi bisa di rumah karena para siswa juga punya mesin jahit. "Kami siapkan siapkan potongan agar bisa dijahit di rumah," tandas Bahrun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya