Tim Pakar Satgas: Angka Kesembuhan COVID-19 di Surabaya Capai 74,68 Persen

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menuturkan, Surabaya, Jawa Timur mencatat kesembuhan pasien COVID-19 meningkat.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Agu 2020, 20:00 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2020, 20:00 WIB
Dewi Nur Aisyah
Tim Pakar Satgas Penanganan Dewi Nur Aisyah menjelaskan lebih dari 50 persen Kabupaten/Kota di Indonesia berada di bawah rata-rata kasus aktif dan kematian tingkat dunia saat konferensi pers di Media Center Satgas Nasional, Jakarta, Rabu (12/8/2020). (Dok Tim Komunikasi Publik Satgas Nasional)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Tim Pakar Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah menuturkan, Surabaya, Jawa Timur menunjukkan perkembangan seiring kesembuhan pasien dari COVID-19 meningkat.

Berdasarkan data dihimpun per 16 Agustus 2020, salah satu kota yang catatkan angka kesembuhan COVID-19 tertinggi yaitu di Denpasar, Bali. Angka kesembuhan 92,13 persen di Denpasar, Bali.

"Angka kesembuhan Kota Denpasar konsisten dengan angka kasus aktif sedikit, angka kematian termasuk kecil, dan angka kesembuhan sudah mencapai 92 persen. Akan tetapi harus tetap waspada," ujar Dewi, dalam diskusi COVID-19 dalam angka: Evaluasi 10 Kota Besar di Indonesia, Rabu (19/8/2020).

Dewi menambahkan, Surabaya pun mencatatkan angka kesembuhan meningkat dalam beberapa pekan terakhir. "Angka kesembuhan di Surabaya dalam beberapa pekan terakhir naik tajam, 74,68 persen, angka kematian juga tinggi," ujar Dewi.

Berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, pasien sembuh dari COVID-19 di Surabaya bertambah 195 orang menjadi 8.109 orang hingga 19 Agustus 2020. Angka ini terus meningkat dari periode 12 Agustus sebanyak 6.680 orang.

Sementara itu, kasus sembuh tinggi di kota-kota di Indonesia selain Denpasar dan Surabaya antara lain Kota Makassar 70,04 persen, Jakarta Pusat 66,26 persen, Kota Semarang 62,92 persen, Kota Palembang 60,92 persen, Kota Depok 59,45 persen, Kota Banjarmasin 55,35 persen, Kota Jayapura 48,95 persen, dan Kota Medan 48,17 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Kasus Aktif COVID-19 di Surabaya

(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Jalan MERR IIC Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Selain itu, kasus aktif positif COVID-19 di Surabaya juga mulai berkurang. Dewi menuturkan, kasus aktif COVID-19 di Surabaya, Jawa Timur tinggal 16,70 persen per 16 Agustus 2020.

"Kota Surabaya catatkan progress karena kasus aktif sekarang sudah berkurang. Kasus tinggi banget, sekarang kasus aktif tinggal 16,70 persen. Sudah menurun dari kasus aktif yang kita lihat," ujar Dewi.

Adapun perkembangan kasus aktif di kota-kota di Indonesia antara lain di Denpasar, Bali dengan kasus aktif sebesar 6,84 persen, kemudian Surabaya sebanyak 16,70 persen, Makassar 25,93 persen, Jakarta Pusat 30,44 persen, Semarang 30,81 persen, Palembang 34,14 persen, Depok 37,37 persen.

Selanjutnya di Banjarmasin 39,26 persen, Medan 47,51 persen, dan Jayapura 49,7 persen. Adapun kasus aktif ini merupakan kasus yang sedang dirawat di rumah sakit dan isolasi mandiri karena tanpa gejala.

"Kita masih punya PR di Jayapura, Medan, kasus aktif masih 47 persen. Kasus aktif ini harus difollow up hingga kesembuhan," kata dia.

Surabaya Punya PR Tekan Kematian karena COVID-19

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19.
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Terkait angka kasus kematian karena COVID-19, Dewi menuturkan, Surabaya juga masih memiliki pekerjaan rumah. Hal ini mengingat angka kematian karena COVID-19 cukup tinggi di Surabaya, Jawa Timur.

Hal ini dilihat dari jumlah kumulatif kematian di level nasional dan berdasarkan angka kematian per 100.00 pendududuk di level nasional.

Tingkat kematian karena COVID-19 dibandingkan kasus positif di Surabaya mencapai 8,62 persen.

"Surabaya masih ada PR terutama di awal-awal tinggi sekali kematian dari kasus positif sebanyak 8,62 persen, hasil dari awal-awalnya," ujar dia.

Meski demikian, ia melihat angka kematian karena COVID-19 di Surabaya sudah turun dalam 2-3 minggu terakhir. Ia menuturkan, ada intervensi dari pemerintah provinsi, kota hingga kabupaten untuk menambah rumah sakit rujuan COVID-19 berdampak menekan angka kematian karena COVID-19.

"2-3 minggu terakhir ada penurunan tren kematian di Surabaya, 8,6 persen kebanyakan berawal dari awal-awal. Sampai dengan intervensi tambah rumah sakit rujukan, bukan hanya di level provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota ada SK tambah rumah sakit rujukan di sana," kata dia.

Berdasarkan data infocovid19.jatimprov.go.id, total kematian karena COVID-19 di Surabaya mencapai 869 orang. Pada 19 Agustus 2020, ada tambahan pasien meninggal sebanyak enam orang.

Kota Besar Sumbang Kasus Positif COVID-19

Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)
Gambar ilustrasi Virus Corona COVID-19 ini diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Centers For Desease Control And Prevention (CDC). (AFP)

Dewi mengatakan, kota-kota besar menyumbangkan kasus konfirmasi COVID-19 daripada beberapa kabupaten/kota lainnya.

"Sebanyak 53,01 persen dari seluruh kasus konfirmasi positif COVID-19 di Indonesia disumbangkan oleh 20 kota besar," ujar Dewi, seperti dikutip dari Antara.

Dewi mengatakan, hingga 16 Agustus 2020, 20 kota besar yang menyumbangkan 53,01 persen kasus konfirmasi positif COVID-19 adalah Surabaya, Jakarta Pusat, Semarang, Makassar, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Kabupaten Sidoarjo, Medan, Banjarmasin, Kabupaten Gresik, Palembang, Jayapura, Depok, Denpasar, Manado, Mataram, Bekasi, dan Ambon.

Berdasarkan jumlah kasus kumulatif, tiga besar kota dengan kasus tertinggi ditempati Surabaya (10.800 kasus), Jakarta Pusat (7.535 kasus), dan Semarang (6.351 kasus). Namun, bila dilihat kasus per 100.000 penduduk, Surabaya menempati posisi ke lima, Jakarta Pusat peringkat pertama, dan Semarang menempati peringkat ke empat.

"Medan yang berdasarkan jumlah kumulatif kasus menempati peringkat 10 dengan3.172 kasus, bila dilihat berdasarkan per 100.000 penduduk ternyata menjadi peringkat 43," tutur Dewi.

Dewi mengatakan kota-kota besar merupakan poros aktivitas. Karena itu, pemerintah daerah dan warga di kota-kota besar harus bisa menjaga diri dan kotanya agar tetap aman dari penularan COVID-19 agar aktivitasnya tidak menjadi lumpuh.

"Waspadai penularan COVID-19 di kota-kota besar. Pemerintah daerah harus memiliki respons yang cepat dan adaptif dari kemungkinan penularan COVID-19," ujar dia.

Dewi juga mengimbau agar masyarakat di mana pun berada, baik di kota-kota besar maupun kabupaten/kota lainnya, untuk mematuhi protokol kesehatan.

"Disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan dan mengajak orang-orang di sekitar untuk mematuhi protokol kesehatan," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya