PLN Pasuruan Kembangkan Electrifying Agriculture untuk Petani Bawang

Electrifying agriculture adalah menggantikan fungsi matahari di malam hari dengan memanfaatkan listrik sebagai pelindung tanaman dari hama sehingga bisa tetap produksi.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Okt 2020, 00:52 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2020, 09:30 WIB
Produksi Berlimpah Ekspor Bawang Merah Probolinggo Serbu Thailand
Sebanyak 165 ton bawang merah Probolinggo dilepas menuju negara Thailand. Kementerian Pertanian melalui Balai Karantina Pertanian Surabaya bersama PT. Cipta Makmur Sentausa melakukan ekspor perdana tahun 2019 bawang merah dari Probolinggo.

Liputan6.com, Jakarta - PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Pasuruan, Jatim membantu petani bawang di Desa Curahsawo, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo meningkatkan keuntungan dan hasil produksinya dengan mengembangkan metode bercocok tanam konvensional menjadi electrifying agriculture.

Manager UP3 Pasuruan Maria Goretti mengatakan, electrifying agriculture adalah menggantikan fungsi matahari di malam hari dengan memanfaatkan listrik sebagai pelindung tanaman dari hama sehingga bisa tetap produksi, Selasa, 13 Oktober 2020.

"Selama ini para petani hanya mengandalkan cahaya matahari dan jaring untuk melindungi tanaman dari hama. Banyak kekurangan yang ditemui, mulai dari biaya sewa jaring, masuknya hama sehingga biaya obat membengkak," kata Merry, sapaan akrab Maria kepada wartawan, dilansir dari Antara.

Merry menuturkan, program electrifying agriculture di Pasuruan diberi nama "Sikat Libas" (Sinergi Kawasan Terang Listrik Bawang krakSaan).

"Di masa pandemi ini menjadi peluang bagi kami untuk membantu para petani bawang tingkatkan produktivitasnya. Kami memberikan kemudahan proses penyambungan listrik, mengedukasi simulasi tarif listrik," kata Merry, menjelaskan.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Keistimewaan Bawang Probolinggo

20160810-Ditjen-Hortikultura-Kementan-Buka-Kios-Komoditas-Murah-Jakarta-YR
Petugas melayani warga yang membeli bawang merah dengan harga murah, Jakarta, Rabu (10/8/2016). Kementerian Pertanian menggelar kios pasar murah dengan menjual bawang merah dengan harga Rp 26.000/kg. (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Sementara itu, seorang petani bawang, Masdikun mengakui metode yang diberikan PLN Pasuruan membuat hasil bawang merah di Probolinggo lebih enak dan lebih gurih dibanding bawang lainnya.

"Kalau kita biasa masak menggunakan 1.000 gr bawang merah biasa, dengan bawang Probolinggo hanya butuh 750 gr. Apalagi sejak beralih menggunakan listrik PLN, hasil produksi dapat meningkat, kami bisa bekerja di malam hari dengan penerangan PLN ditambah hama semakin berkurang," katanya.

Ia menjelaskan pada September 2020, sebanyak 10 petani bawang beralih menggunakan listrik, mendaftar daya 900 VA. Hasilnya dengan luas lahan 1 hektare bisa menghemat Rp110.000.000, dan satu tahun bisa 4 kali tanam, maka dalam setahun bisa untung Rp440.000.000 per hektare.

Menanggapi hal ini, General Manager PLN UID Jatim Nyoman S Astawa dikonfirmasi mengakui bangga karena PLN dapat menguatkan dukungan kepada sektor pertanian.

"Electrifying Agriculture juga kami lakukan untuk petani buah naga di Banyuwangi, Listrik Persawahan di Madiun, Agrowisata Taman Suruh di Banyuwangi, dan yang terbaru ini ada Wisata Tani Betet di Nganjuk, dimana kami juga sedang dalam tahapan membangun edukasi electrifying agriculture kepada masyarakat khususnya petani di lokasi tersebut melalui program PLN Peduli," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya