Liputan6.com, Surabaya - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim berkoordinasi dengan para importir guna menekan tingginya harga kedelai sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kedelai Industri Kecil Menengah (IKM) tahu dan tempe.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jatim Drajat Irawan mengatakan, produksi kedelai Jawa Timur selama 2020 sebesar 57.235 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi kedelai sebesar 447.912 ton, sehingga terdapat defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi melalui impor.
"Menurut pantauan, harga kedelai di Jawa Timur baik kedelai lokal dan impor memang mengalami kenaikan sejak 2 bulan terakhir, hingga tanggal 5 Januari 2021 di harga Rp 9.577/kg untuk kedelai impor dan Rp 9.652/kg untuk kedelai lokal," kata Drajat seperti dikutip dari Antara, Kamis (7/1/2021).
Advertisement
Berdasarkan data BPS Jatim pada periode Januari-Oktober 2020, impor kedelai sebanyak 698.191,92 ton mengalami penurunan sebesar 10,31 persen dibanding periode yang sama di 2019.
Sementara itu, jumlah panen kedelai pada tiga bulan terakhir juga mengalami penurunan yaitu di Oktober sebesar 10.909 ton, November 10.681 ton, dan Desember sebesar 6.059 ton.
Drajat mengatakan, menurut hasil koordinasi yang telah dilakukan dengan sentra industri tempe Sanan yang berada di Kota Malang yang terdiri dari 600-an pengrajin tempe diperoleh informasi bahwa harga kedelai mengalami kenaikan dan mulai jarang tersedia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kenaikan Harga
"Meski mahal, mereka yang ada di sentra industri tempe Sanan, tetap melakukan produksi dengan penurunan sekitar 20 persen," kata Drajat.
Sedangkan di sentra industri tahu yang berada di Sidoarjo juga terjadi kenaikan harga kedelai impor, namun produksi tahu tetap berjalan dengan menurunkan volume produksi.
Survei juga dilakukan ke IKM Tempe di Kecamatan Tenggilis Surabaya, dimana harga kedelai saat ini sebesar Rp9.100/kg namun produksi tetap dilakukan dengan menaikkan harga.\
Advertisement