Liputan6.com, Surabaya - Persatuan Dukun Nusantara (Perdunu) berencana menggelar Festival Santet pada bulan Suro (Agustus-September) mendatang.
Dewan Pembina Perdunu Gus Fahrur Rozi Festival Santet masih berupa usulan. Dan yang mengusulkan adalah pihaknya bersama Perdunu.
Baca Juga
Menurut Gus Fahrur Rozi, ada perbedaan mendasar antara santet dengan sihir. Santet menurut dia merupakan ilmu putih berupa pengasihan atau mahabah dalam istilah Islam. Sedangkan sihir merupakan ilmu hitam yang tujuannya untuk mencelakai orang.
Advertisement
"Jadi berbeda. Santet dan sihir itu berbeda. Ini yang akan kita luruskan," kata Gus Fahru dalam forum klarifikasi yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, seperti dikutip dari TimesIndonesia, Senin (8/2/2021).
Gus Fahru yang merupakan pimpinan padepokan di Alas Purwo itu mengaku sering kedatangan tamu dari luar Banyuwangi. Hampir setiap tamu yang datang menanyakan kepadanya terkait santet.
"Jadi kalau ngomong image Banyuwangi sebagai Kota Santet, sampai sekarang masih belum hilang. Namun yang diketahui orang luar, santet itu sama dengan sihir. Itu yang harus kita luruskan," tegasnya.
Kemudian, praktek perdukunan khususnya yang berkonotasi positif, menurut Gus Fahru, sudah menjadi kearifan lokal bagi masyarakat Banyuwangi. Seperti pengobatan alternatif dan lain sebagainya.
"Kalau kita berbicara kiai, kiai itu tugasnya mengajar ngaji masyarakat. Namun, banyak orang bawa anaknya yang nangis terus tapi tidak keluar air mata, datangnya ke kiai. Ada ibu bawa anaknya yang sudah besar tapi nggak nikah-nikah, datangnya ke kiai," ucapnya.
"Kalau ditinjau dari sisi itu, sebenarnya apa yang dilakukan kiyai sama dengan dukun. Nah inilah yang harus diluruskan. Tidak ada niatnya Perdunu menyakiti orang," imbuh Gus Fahru.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Abshor Purwoharjo itu mengatakan jika ilmu gaib itu ada dan sebagai muslim harus percaya hal tersebut serta mengimani.
"Jadi hal-hal supranatural itu memang ada. Namun yang harus diperhatikan, semua itu hanyalah pelantaran. Karena semuanya datang dari Allah SWT. Inilah akidah yang akan kita luruskan," tegasnya.
Tanggapan MUI
Ketua MUI Banyuwangi, KH Muhammad Yamin mengatakan, mungkin benar istilah santet bagi masyarakat Banyuwangi berbeda dengan sihir. Namun, bagi masyarakat luar Banyuwangi, santet tidak lain adalah sihir.
"Namun secara nasional mereka tidak bisa membedakan santet dan sihir. Apalagi isu santet menjadi isu nasional pada tahun 1998. Ini akhirnya menjadi kontroversi," katanya.
Apalagi MUI sudah dengan tegas mengeluarkan fatwa yang mengharamkan praktek perdukunan. Tentu ini menjadi hal yang kontra produktif.
"MUI sudah mengeluarkan fatwa yang melarang perdukunan," tandas KH Muhammad Yamin.
Advertisement