Liputan6.com, Surabaya - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi angka bicara terkait munculnya kasus kekerasan guru terhadap muridnya di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 49 Surabaya.
Eri Cahyadi langsung mengunjungi SMPN 49 untuk memberikan pembinaan kepada seluruh guru dan tenaga pengajar. Ia mengaku kaget dan kecewa dengan adanya kekerasan dalam video tersebut dan tak menginginkan kejadian itu terulang lagi.
"Saya tidak ingin kejadian ini terulang lagi di Surabaya, karena guru ini adalah orang tua maka otomatis ngemong (membimbing) harus dengan kasih sayang," katanya, Sabtu (29/1/2022).
Advertisement
Eri Cahyadi meminta hal itu tidak terulang kembali di Kota Surabaya. Sebab, jika hal itu terulang, maka dia akan berhadapan langsung dengan guru tersebut.
"Insya Allah tidak ada maksud guru ini sampai berlebihan, kadang yo onok kesele (iya ada capeknya). Maka, saya nyuwun tulung (minta tolong) dan saya titip menjaga anak-anak didik kita di sekolah, karena mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan," ujarnya.
Terkait dengan sanksi yang akan diberikan kepada guru tersebut, Eri Cahyadi mengaku akan ada pemeriksaan dari Inspektorat. Namun, ia juga bersyukur bahwa guru yang telah melakukan kekerasan itu langsung menyampaikan permintaan maaf kepada siswanya, sebelum video tersebut beredar luas.
"Yaopo engko dilakoni bareng (bagaimana nanti, kita lewati bersama), maka saya nyuwun tulung (minta tolong) dan saya titip kepada Kepala Sekolah dan para bapak ibu guru untuk menjaga anak didik kita ini," terangnya.
Agar kejadian ini tidak terulang kembali, Eri Cahyadi meminta Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya mengundang seluruh guru di Kota Pahlawan untuk diberikan penguatan.
Bahkan, untuk memastikan para guru-guru ini memiliki integritas dalam mengajar, Eri Cahyadi meminta untuk mengadakan tes integritas kepada para guru. "Kita lakukan mulai Senin nanti, kita lakukan untuk guru di Surabaya," katanya.
Efek PJJ
Eri Cahyadi tidak menampik, bahwa kejadian ini adalah salah satu dampak dari pembelajaran via daring yang hampir dua tahun dilakukan. Hasilnya, semangat para murid dan guru menjadi berkurang.
"Kalau terlalu lama daring itu iya begini dampaknya. Maka, kalau PTM seperti ini harus disiplin untuk meningkatkan akhlak masing-masing anak," ungkapnya.
Eri Cahyadi memahami bahwa setiap guru juga harus bisa meningkatkan akhlak setiap anak didiknya dan harus bisa mencegah anak-anak didiknya dari hal-hal buruk. Seperti, narkoba dan pergaulan bebas.
"Ini tidak bisa diajarkan di mata pelajaran, tapi harus melakukan pendekatan dari hati ke hati agar menciptakan akhlakul karimah pada anak. Jadi 30 menit terakhir usai pelajaran, akan ada tambahan pelajaran non formal soal ini," terangnya.
Advertisement