Sampah Bambu Tertahan di Jembatan Jadi Penyebab Banjir Banyuwangi

Guntur menambahkan, pihaknya telah menerjunkan dua alat berat untuk mengevakuasi sampah rumpun bambu yang menyumbat saluran.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 18 Okt 2022, 14:02 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2022, 14:02 WIB
sampah bambu menyubat saluran air di jembatan Kali Sobo Banyuwangi (Istimewa)
sampah bambu menyubat saluran air di jembatan Kali Sobo Banyuwangi (Istimewa)

 

Liputan6.com, Banyuwangi - Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi Guntur Priambodo menyebut, selain diakibatkan intensitas hujan tinggi, banjir di Kota Banyuwangi disebabkan tumpukan sampah yang tersumbat.

Tumpukan sampah jenis rumpun bambu itu tertahan di jembatan aliran sungai Kali Sobo. Sehingga sungai tak mampu menampung debit air hingga meluber ke permukiman penduduk.

"Setelah kita cek, penyebab parahnya banjir ini karena tersumbatnya jembatan dari sampah rumpun bambu," kata Guntur, Senin (17/10/2022).

Guntur menambahkan, pihaknya telah menerjunkan dua alat berat untuk mengatasi sampah rumpun bambu yang menyumbat saluran.

"Alhamdulilah setelah rumpun bambu sebelah kiri sudah bisa diangkat, air sudah kembali lancar. Tinggal yang sebelah kanan, lagi ditangani," imbuhnya.

Guntur menyebut, setelah sampah-sampah itu berhasil diatasi keseluruhan, akan dibuang ke tempat penampungan.

"Kita bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), sampah rumpun bambu itu diangkut menggunakan truk sampah," cetusnya.

Guntur menambahkan, curah hujan yang mengguyur Banyuwangi sejak Minggu (16/10/2022) malam, memang dengan intensitas sangat tinggi.

"Curah hujan di hulu tepatnya di Licin, ternyata tercatat oleh penakar hujan kami sebesar 192 mm ini sangat luar biasa," bebernya.

Banjir yang terjadi akibat luapan sungai Kali Sobo itu baru kali ini dengan debit air yang cenderung lebih tinggi.

"Kemungkinan ini debit banjir 50 tahunan, dengan curah hujan 192 mm sangat tinggi, di atas 100 mm itu sudah tinggi, ini dua kali lipatnya," pungkasnya.

Cuaca Ekstrem

 

Badan Metorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut cuaca ekstrem yang terjadi dampak dari adanya fenomena La Nina.

La Nina adalah fenomena naiknya suhu muka laut (SML) di mana bagian tengah Samudera Pasifik mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Kondisi itu memicu percepatan pertumbuhan awan hujan yang berdampak pada intensitas hujan yang dihasilkan.

"La Nina sedang terjadi di Samudera Pasifik itu yang menyebabkan hujan terjadi dengan intesitas tinggi," kata Prakirawan BMKG Banyuwangi, Gede Agus Purbawa. Senin (17/10/2022).

Selain itu, imbas dari La Nina juga menyebabkan majunya jadwal musim penghujan di Banyuwangi. Seharusnya musim hujan terjadi pada November, kali ini lebih maju sejak September lalu.

"Jadi musim hujannya maju. Di Banyuwangi barat dan selatan untuk puncak musim hujannya diprediksi Desember - Januari. Sementara Banyuwangi utara dan timur itu bisa Januari - Februari 2023 baru memasuki musim hujan," ujarnya.

 

Infografis Banjir Bandang dan Longsor di Sulsel
Infografis Banjir Bandang dan Longsor di Sulsel. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya