Liputan6.com, Banyuwangi - Handy craft di Desa Tambong Kabat, Banyuwangi, mampu tembus pasar mancanegara. Kerajinan ini adalah karya dari ratusan ibu-ibu di wilayah setempat. Di tangan ibu-ibu pengrajin itu, bahan baku serat pelepah pohon pisang, pohon dan batok kelapa dan kayu bertransformasi menjadi produk berkualitas tinggi.
Produk yang dihasilkan dari bahan dasar tersebut seperti tas, tempat buah, nampan, tempat HP, peralatan makan dan minum, hingga suvenir.
Berpusat di Kejaya Handycraft, Dusun Krajan, Desa Tambong, ada sekitar 150 didominasi ibu-ibu rumah tangga yang terlibat aktif dalam kerajinan tersebut.
Advertisement
Di masa sulit akibat pandemi Covid-19 saja, para pengrajin itu masih mampu menembus pasar dunia. Pengelola Bumdes Desa Tambong, Nuri mengatakan, kerajinan yang sudah berdiri sejak tahun 2000 ini telah berhasil menembus pasar Asia dan Afrika.
"Beberapa produk kerajinan yang dibuat di Desa Tambong seperti tas dari batok kelapa sudah berhasil terjual hingga ke Thailand, Hawai dan Jamaika," cetusnya, Kamis (29/12/2022).
Yang bikin bangga lagi, saat pagelaran Moto GP di Mandalika, souvenir parfum dengan kemasan anyaman di produksi Kejaya Handycraft, juga sempat dipasarkan di sana.
"Khusus souvenir parfum ini pasarnya masih sampai di Jakarta," kata Nuri.
Ia menyebut, produk tergolong baru ini, sekali kirim ke Jakarta bisa mencapai 15 sampai 20 ribu buah souvenir parfum.
"Sedangkan harga per bijinya berkisar di Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu," ucapnya.
Kerajinan yang ada di Desa Tambong ini secara tidak langsung sudah bisa mengangkat perekonomian warga. Salah satu pengrajin, Luluk (34) mengatakan, dalam sebulan dirinya bisa mendapatkan penghasilan antara Rp 500 ribu - Rp 600 ribu.
"Alhamdulilah adanya pusat kerajinan ini bisa menambah penghasilan kami warga Desa Tambong," tegasnya.
Nilai Ekspor Banyuwangi Turun
Sementara itu, Tahun 2022, nilai ekspor beberapa komoditi di Banyuwangi, cenderung mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskopumdag) Banyuwangi, nilai ekspor tahun ini hanya tembus 320 juta dolar AS atau sekitar 4,9 triliun rupiah.
Adapun hasil ekspor tersebut berasal dari Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) dan Non IPSKA. Rinciannya, nilai ekspor IPSKA mencapai sekitar 102 juta USD, sedangkan Non IPSKA sekitar 218 juta USD.
"Nilai ekspor komoditas tersebut tercatat di kami sejak Januari sampai Oktober 2022," kata Kepala Diskopumdag Banyuwangi Nanin Oktaviantie,
Jika dibandingkan tahun 2021 di periode yang sama, nilai ekspor komoditi di Banyuwangi bisa tembus hingga 846 juta dolar AS atau sekitar 13 triliun rupiah.
Rincian dari nilai ekspor tersebut, melalui IPSKA Banyuwangi mencapai sekitar 94 juta dolar AS, sementara Non IPSKA tembus hingga 752 juta dolar AS.
"Jika dilihat dari nilai ekspor melalui IPSKA Banyuwangi mengalami kenaikan dari tahun kemarin, namun dari Non IPSKA cenderung menurun. Kalau di total keseluruhan juga menunjukkan tren penurunan," tutur Nanin.
Advertisement