Dua Desa Wisata Megalitikum di Jawa Timur Wajib Dikunjungi Wisatawan

Desa wisata menjadi salah satu destinasi yang memegang perananan penting dalam kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia pasca pandemi. Sebab kehadiran Desa wisata turut membuka peluang usaha baru bagi para pelaku industry kreatif lokal.

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 24 Jan 2023, 21:05 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2023, 21:05 WIB
Situs batu megalitikum yang berada di Desa Patemon Situbondo (Istimewa)
Situs batu megalitikum yang berada di Desa Patemon Situbondo (Istimewa)

Liputan6.com, Surabaya Desa wisata menjadi salah satu destinasi yang memegang perananan penting dalam kebangkitan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia pasca pandemi. Sebab kehadiran desa wisata turut membuka peluang usaha baru bagi para pelaku industry kreatif lokal.

Selain unsur alam, desa wisata juga menonjolkan unsur budaya khas wilayah tersebut. Bahkan tidak sedikit desa wisata yang memiliki situs peninggalan kuno yang menjadi salah satu daya tarik wisata.

Salah satu peninggalan kuno yang banyak ditemukan adalah peninggalan zaman megalitikum, yakni berupa batu-batu besar. Tak terkecuali di Jawa Timur.

Berikut daftar peninggalan megalitikum di Jawa Timur  yang wajib dikunjungi:

1. Desa Patemon Situbondo

Kabupaten Situbondo memiliki desa wisata megalitikum bernama Desa Patemon. Di desa ini diidentifikasi sedikitnya  terdapat 26 peti jenazah dari batu atau sarkofokus. Serta ditemukan juga sisa perburuan liar pada zaman megalitikum yang terletak di dekat sarkofokus.

Lebih uniknya lagi, tim peneliti juga menemukan berbagai bekal kubur berupa manik- manik, fragmen gerabah, serta fragmen alat pertukangan dari zaman megalitikum di Desa Patemon, Situbondo

Yang tidak kalah menarik perhatian adalah masih banyaknya warga Desa Patemon juga menghuni rumah tabing tongkok. Tabing tongkok bisa didefinisikan sebagai rumah berbahan kayu (umumnya kayu jati) yang ruang tamunya dibuat semi terbuka dengan ukuran khas pada tabing tongkok-nya (bagian depan) dan tabing tengah (pembatas antara tamu dan ruang berikutnya (biasanya difungsian sebagai kamar tidur)

Pada 2019, rumah-rumah tabing tongkok di Desa Patemon mendapat bantuan rehabilitasi dari pemerintah melalui program Rumah Tinggal Layak Huni (RTLH).

Warga Desa Patemon penerima program menginginkan model rumah tabing tongkok mereka tetap dipertahankan. Karena itu yang terealisasi, kemudian lantai dikeramik dan kayu- kayunya yang sudah rapuh diganti atau diperbaharui. Warga juga dibuatkan kamar mandi dan beberapa perbaikan lainya.

Data pemerintah Desa Patemon, jumlah rumah tabing tongkok yang ada  sekitar 117 rumah. Namun seiring perkembangan waktu tidak menutup kemungkinan ada pertambahan karena adany warga yang berumah tangga kemudian  membuat rumah baru dengan model tabing tongkok.

Desa Patemon terbilang sebagai pelopor Gerakan wisata ke Desa di Kabupaten Situbondo dan sekitaranya, dan dikenal sebagai desa mengalitik

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Desa Kamal Jember

Situs batu Kenong  yang berada di Desa KamaL Jember (Istimewa)
Situs batu Kenong yang berada di Desa KamaL Jember (Istimewa)

Berada di Kecamatan Arjasa, Jember, Desa wisata ini terdapat beragam jenis batu peninggalan megalitikum yang tersebar di berbagai tempat. Mulai dari persawahan, rumah warga hingga halaman kantor desa.

Peninggalan megalitikum di Desa Kamal berupa batu kenong, tugu batu, hingga menhir. Batu kenong merupakan jenis peninggalan yang paling unik dari Desa Kamal. Sebutan batu kenong muncul karena tonjolan di bagi atas batu, yang sekilas penyerupai kenong (Alat musik gamelan). Hingga saat ini telah ditemukan batu kenong di Desa Kamal.

Masing- masing batuan memiliki satu hingga dua tonjolan. Jumlah tonjolan pada batu kenong punya makna tersendiri pada zaman megalitikum. Batu dengan satu tonjolan melambangkan lokasi penguburan, sedangkan batu dengan dua tonjolan digunakan sebagai alas bangunan rumah.

Batu kenong merupakan lambang bentuk persembahan kepada arwah nenek moyang dan menjadi alat pemujaan. Batu ini diperkirkan dibuat pada sekitar 4 Masehi. Batu kenong dengan satu tonjolan menindikasikan sebagai tanda tempat penguburan sedangkan batu kenong dengan dua tonjolan sebagai bangunan rumah dari kayu.

Awalnya batu ini dibiarkan begitu saja oleh masyarakat sekitar, sebab tidak ada yang tertarik mencurinya. Namun seiring perkembangan zaman, banyak batu yang memilik nilai sejarah ini hilang.

“Tahun 2000-an batu- batu itu dikumpulkan dijatikan satu, jadi situs Klanceng,” ujar Juru pelihara Situs Klanceng  Wahyudi.

Batu-batu tersebut ditempatkan di lahan pekarangan milik Wahyudi sehingga  mudah untuk di rawat dan dibersihkanya setiap hari.

 

Infografis Tuntutan Pidana Richard Eliezer Lebih Tinggi dari Putri Candrawathi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Tuntutan Pidana Richard Eliezer Lebih Tinggi dari Putri Candrawathi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya