Liputan6.com, Bojonegoro - Pemkab Bojonegoro memindahkan tanah makam leluhur masyarakat Samin, yakni Samin Surosentiko dari Sawahlunto, Sumatera Barat ke Bojonegoro.
Pj Bupati Bojonegoro Adriyanto menyatakan, pemindahan ini sebagai langkah melestarikan budaya lokal. Dia menyatakan, pemindahan tanah makam ini sangat baik bagi warga Bojonegoro.
"Proses pemindahan ini tidaklah mudah, karena proses menuju tempat makam tersebut tidak mudah. Tim harus melewati akses yang sulit, jalanan terjal, menaiki bukit dan harus berpegangan akar pepohonan," ujarnya, Rabu (21/2/2024).
Advertisement
Dia menyatakan, pemindahan tanah makam Mbah Samin Surosentiko tidak hanya dinilai dari segi spiritual saja, namun ada banyak nilai yang dapat kita ambil.
"Dari Mbah Samin Surosentiko, dapat diambil nilai-nilai yang menjadi pandangan hidup yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya.
Kedepan, khususnya bagi Dinas Kebudayaan dan Parisiwata untuk terus mengembangkan dan mendukung bahwa budaya Samin ini menjadi salah satu budaya yang dapat dilestarikan dan dapat menarik wisatawan luar,” ujarnya.
Sekretaris Daerah Bojonegoro Nurul Azizah menuturkan, Pemkab Bojonegoro sudah lama hendak memindahkan tanah makam Mbah Samin Surosentiko.
Pada awal 2015, tim Pemkab Bojonegoro telah melakukan kunjungan kerja ke Pemkot Sawahlunto Sumatra Barat. Pada kunjungan saat itu tim yang terdiri dari Setyo Yuliono Asisten II Setda, Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP), Kepala Kesbangpol, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta didampingi oleh Bambang dari keluarga almarhum Hardjo Kardi yang merupakan penerus ajaran Samin di Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Dalam lawatan tersebut, permohonan diterima langsung oleh Wali Kota Sawahlunto dan DPRD Sawahlunto.
"Pada saat itu jawaban yang diberikan yaitu untuk dipertimbangkan”, ucapnya.
Nurul Azizah menjelaskan pada 17 Februari 2024, Pemkab Bojonegoro mendapat persetujuan penuh untuk mengambil dan menggali makam Mbah Samin Surosentiko yang ada di Sawahlunto.
Ajaran Mbah Samin
Mbah Samin Surosentiko lahir pada tahun 1859 di Blora (Jawa Tengah) dan meninggal pada tahun 1914 di Sawahlunto, Sumatra Barat.
Dalam perjalanan hidupnya Mbah Samin Surosentiko telah mengajarkan petuah luhur yaitu perilaku jujur, sabar, trokal (semangat tidak pantang menyerah) dan nerimo (menerima).
Mbah Samin sendiri mempunyai pengikut cukup banyak, di antaranya di Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro yang dipimpin Mbah Hardjo Kardi.
“Sesuai dengan pesan Mbah Harjo Kardi bahwa harus ada leluhur yang dikembalikan ke sana,” jelasnya
Advertisement