Liputan6.com, Jakarta Para pendukung Negara Islam dan Suriah (ISIS) dan Twitter berseteru lantaran sejumlah akun terkait ISIS telah diblokir. Mereka mengancam akan membunuh para karyawan Twitter, termasuk salah satu pendirinya, Jack Dorsey.
Mengutip informasi di laman Independent, Selasa (3/3/2015), sebuah postingan beredar di ranah maya yang diduga berasal dari pendukung ISIS. Pada postingan itu tercantum gambar Dorsey dengan tanda bidikan.
"Perang virtual kalian dengan kami akan menyebabkan perang yang sesungguhnya," demikian keterangan yang tertulis dalam postingan tersebut. Ancaman ini merupakan respon dari langkah Twitter yang memblokir akun terkait ISIS.
Di luar masalah dengan ISIS, Twitter telah menegaskan akan menangguhkan profil apa pun yang menyalahi persyaratan layanannya. Karena itu, situs micrblogging itu akan memblokir berbagai hal terkait dengan ancaman kekerasan dan apa pun yang berhubungan dengan aktivitas ilegal.
"Kalian memulai perang ini. Kami telah memberitahu kalian dari awal ini bukan lah perang kalian, tapi kalian tidak memahaminya dan terus menutup akun kami di Twitter. Tapi kami selalu kembali. Ketika 'singa' kami kembali dan mengambil nafas kalian, kalian tidak akan pernah kembali hidup," ungkap ISIS.
Dalam postingan yang sama, mereka mengancam akan membunuh karyawan Twitter dengan mengatakan, "karyawan Twitter akan menjadi target dari tentara".
Bukan ancaman pertama
Ini bukan kali pertama Twitter mendapatkan ancaman dari para pendukung ISIS. Pada September 2014, pendukung fanatik ISIS mengancam akan menyerang kantor pusat Twitter di San Francisco, Amerika Serikat (AS), jika perusahaan terus memblokir akun mereka.
"Manajemen Twitter seharusnya tahu jika mereka tidak menghentikan kampanye mereka di dunia virtual, kami akan berperang dengan mereka di dunia nyata," demikian salah satu pesan ancaman yang beredar beberapa waktu lalu.
Pesan ancaman lainnya berisi, "Semua karyawan Twitter di San Francisco di AS harus ingat dan mengawasi diri mereka karena bisa saja ada 'serigala pembunuh' sedang menanti di depan pintu".
Adapun untuk ancaman terbaru, Twitter mengatakan pihaknya saat ini sedang menyelidiki hal tersebut. "Tim keamanan kami dan aparat penegak hukum saat ini sedang menyelidiki kebenaran ancaman tersebut," ujar juru bicara Twitter.
(din/dew)
Advertisement