Jutaan Pengguna Google Jadi Korban Iklan `Tak Diundang`

Aplikasi iklan curang itu dilihat sebagai bahaya yang bisa semaunya menyusup ke seluruh jaringan raksasa situs pencarian

oleh Denny Mahardy diperbarui 08 Mei 2015, 12:01 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2015, 12:01 WIB
10 Fungsi Lain Google Selain Sebagai Mesin Pencari
Siapa yang tidak mengenal Google? Yah, Google adalah mesin pencarian terbaik yang pernah ada.

Liputan6.com, Jakarta - Perangkat lunak iklan yang terinstal secara tiba-tiba di komputer (adware) menjadi berita utama pada bulan Februari lalu setelah ditemukannya adware Superfish yang secara pre-loaded tertanam di PC Lenovo. Kini kabarnya kasus serupa dialami oleh sebagian pengguna mesin pencari Google Search. 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Google dikabarkan telah bekerjasama dengan University of California, Berkley dan Santa Barbara untuk menggelar penelitian terkait insiden software iklan yang muncul `tanpa diundang` tersebut. Aplikasi iklan itu dilihat sebagai bahaya karena dapat mengganggu pengalaman pengguna dalam mengoperasikan mesin pencari Google.

Tim peneliti yang digalang Google memeriksa komputer yang mengunjungi situs Google pada periode Juni sampai Oktober 2014. Selama lima bulan pengamatan, tim peneliti menemukan jutaan pengguna situs Google terjangkit adware yang disusupkan secara diam-diam.

"Kami menemukan 5,5% unik IP --milik jutaan pengguna-- yang mengakses situs Google menjadi korban dari iklan yang diinjeksikan," tulis Kurt Thomas, salah satu peneliti Google spam and abuse di blog-nya.

Secara khusus mereka mendeteksi 5.339.913 alamat IP berbeda yang terinfeksi adware. Sektiar 3,9% milik Superfish kemudian disusul Jollywallet sebesar 2,4%. Jumlah yang tercatat itu menurut laporan PCMag didapat sebelum kesepakatan Superfish dan Lenovo terungkap.

Aplikasi adware disebutkan mampu mengambil keuntungan dari para pengguna internet dengan mengelola hubungan dengan beberapa jaringan iklan dan program belanja. Mereka akan memilihkan iklan yang ditampilkan dan mendapat keuntungan ketika pengguna mengklik salah satu iklan yang dipilihkannya (pay per click).

Tim peneliti berharap hasil penelitian ini dapat membawa perubahan pada sistem iklan digital agar tak memanfaatkan pengguna secara diam-diam. "Kami berharap temuan kami meningkatkan kesadaran luas untuk masalah ini dan memungkinkan industri periklanan online bekerjasama dan mengatasi hal ini," ungkap mereka.

(den/dhi)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya