Google: Desainer User Interface Jangan Terpaku pada Visual

Google Expert UI/UX, Borrys Hasian menilai desainer UI aplikasi harus memiliki cara kerja yang kreatif dan tidak terpaku pada tampilan saja.

oleh Jeko I. R. diperbarui 16 Mar 2017, 18:15 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 18:15 WIB
Google Launchpad Accelerator angkatan ke-3
Perwakilan 6 startup Indonesia bersama Borrys Hasian, UI/UX Expert Google dan Erica Hanson, Developer Relation Program Manager Google. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - UI (User Interface/UX/User Interface Design) adalah salah satu elemen penting yang mendukung ekosistem aplikasi. Tanpa UI, aplikasi tak akan memiliki daya tarik yang bisa mendorong pengguna untuk memakainya.

Google Expert UI/UX, Borrys Hasian menilai desainer UI aplikasi harus memiliki cara kerja yang kreatif dan tidak terpaku pada tampilan saja.

Baginya, UI yang ideal adalah UI yang business result-oriented. Dalam arti, UI yang memiliki poin plus di mana tampilannya berfungsi praktis, efektif, dan user-driven atau mampu mendorong pengguna untuk aktif memanfaatkan aplikasi.

"Startup itu kalau nggak bisa atur UI-nya jadi duit, pasti akan mati dalam setahun," kata Borrys kepada Tekno Liputan6.com saat ditemui di The Hooq, Jakarta, Kamis (16/3/2017).

Menurutnya, desainer UI seharusnya tidak terlalu fokus ke tampilan visual. Ia tak menampik visual menjadi elemen penting dari UI, meski pada akhirnya desainer UI harus bisa merancang tata letak tampilan dan ikon dari aplikasi untuk menarik pengguna.

"Desainer UI harus bisa rancang aplikasi yang meaningful. Jangan cuma care soal visual saja. Kalau fokus sama visual namanya bukan desainer UI, tapi seniman," lanjutnya.

Borrys pun berbagi tips kepada desainer UI agar bisa merancang tampilan yang tak hanya terkesan fokus ke visual, tetapi juga ke fungsi lain.

"Kalau kita bicara inovasi merancang UI itu ada tiga. Yang pertama, mereka harus tahu user desirability (apa yang diinginkan pengguna) saat memakai aplikasi," paparnya.

Yang kedua adalah business viability, yang menjadj nilai jual dari aplikasi yang dirancang. Poin ini dinilai kritis karena kebanyakan desainer UI lupa saat merancang tampilan bahwa UI menjadi daya jual dari aplikasi.

"Yang terakhir technical visibility. Selain fungsi, teknis dari aplikasi yang dirancang juga harus diperhatikan. Seperti padanan warna, posisi ikon dan tombol dan lan sebagainya. Semakin jelas dan pas, semakin praktis digunakan," pungkasnya.

UI menjadi salah satu materi dar kurikulum pelatihan Google Launchpad Accelerator ke-3 yang diadakan di San Francisco, California. Adapun 6 startup yang ikut program ini meliputi Snapcart, Qlue, iGrow, Jurnal, Ruma dan Picmix. Selain 6 startup Indonesia, Launchpad Accelerator juga diikuti oleh para pengembang dari Brasil, India, Meksiko, Argentina, Kolombia, Thailand, Vietnam, dan Filipina.

Google memastikan akan meneruskan batch ke-4 Launchpad Accelerator. Pendaftaran program Launchpad Accelerator keempat akan dibuka hingga 24 April 2017. Pendaftaran dapat dilakukan dengan mengakses form melalui portal berikut.

(Jek/Cas)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya