CEO XL: Wanita dan Dunia Teknologi Tak Pernah Berseberangan

Menurut Dian Siswarini, wanita dan pria memang berbeda dalam penampilan dan kemampuan fisik, tetapi tidak dengan kemampuan otak.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 10 Agu 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2017, 18:00 WIB
Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata
Dian Siswarini, Presiden Direktur & CEO XL Axiata. Dok: XL Axiata

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, seorang karyawan senior Google menyebut, wanita tidak cocok bekerja di bidang teknologi karena faktor biologis. Google pun membuat pernyataan resmi bahwa sikap yang ditunjukkan karyawan senior itu bukanlah pandangan perusahaan.

Malahan petinggi Google mengatakan, di Google, keragaman dan sifat inklusif (termasuk gender) merupakan fondasi nilai dan budaya perusahaan yang perlu dipertahankan.

Hal ini pun diamini oleh Presiden Direktur sekaligus dan CEO XL Axiata Dian Siswarini. Menurutnya, anggapan wanita tak cocok bekerja di bidang teknologi itu tak masuk akal.

Sebagai pemimpin wanita satu-satunya di perusahaan telekomunikasi Indonesia, ia justru menilai perasaan wanita yang lebih sensitif ketimbang pria bukanlah hambatan dalam memimpin perusahaan telekomunikasi.

"Wanita dan teknologi itu tidak berseberangan. Hal ini bisa dilihat dari pemahaman dan penggunaan handset kan nggak ada yang beda. Kenapa dalam mengelola perusahaan justru ada perbedaan?" tutur Dian ditemui sebelum menjadi pembicara di acara Inspirato di SCTV Tower, Senayan Kamis (10/8/2017).

Dian menyebut, wanita dan pria memang berbeda dalam penampilan dan kemampuan fisik, tetapi tidak dengan kemampuan otak.

"Kalau sudah ada di level CEO itu pasti sudah melewati jenjang manajemen (dalam waktu) yang lama dengan tingkat challenge yang bermacam-macam. Jadi kalau di level CEO (perempuan) masih terbawa perasaan itu nggak mungkin ya," ujarnya.

CEO XL Dian Siswarini saat mengisi Inspirato di SCTV Tower, Jakarta, Kamis (10/8/2017) (Liputan6.com/ Agustin Setyo W)

Dian tidak menampik, wanita memang memiliki perasaan sensitif dibandingkan laki-laki. Namun, menurutnya, sensitivitas perempuan justru bisa jadi kelebihan baginya sebagai pemimpin perusahaan telekomunikasi.

"Memang di saat tertentu sensitivitas itu perlu, karena itu human touch yang nggak boleh hilang. Kalau kehilangan sensitivitas, manusia jadi robot. Tapi sensitivitas yang (yang dimiliki perempuan) tidak boleh menjadi bias dalam pengambilan keputusan di perusahaan," terang Dian.

Justru, lanjutnya, human touch bisa menjadi aset bagi pemimpin perempuan asal ia mengetahui cara menggunakannya.

Totalitas Saat Bekerja

Lulusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) ini berpesan kepada perempuan yang ingin sukses menjadi srikandi bidang teknologi. Pertama, tidak khawatir memasuki dunia teknologi karena perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama. Kedua, saat seorang perempuan bekerja di bidang teknologi harus totalitas.

"Kalau sudah masuk ke area itu harus total dan strike for the best. Total di sini bukan mengorbankan keluarga, tetapi menggunakan kemampuan seoptimal mungkin saat berada di lingkungan kerja," katanya.

Dian juga melihat, dibandingkan dengan dulu saat ia masih kuliah, kini jumlah mahasiswi di jurusan Teknik Elektro sudah jauh lebih banyak. Dulu Dian menjadi satu dari enam mahasiswi yang berada di antara 164 mahasiswa jurusan Teknik Elektro.

Namun baru-baru ini ketika Dian Siswarini berkunjung ke kampus teknik, jumlah mahasiswi sudah mencapai 25 persen dari jurusan teknik.

"Ini bisa jadi modal yang bagus, karena kalau ada lebih banyak mahasiswi teknik, makin banyak juga yang bisa jadi karyawan di bidang teknologi dan telko sehingga kesempatan untuk naik ke jenjang pemimpin lebih luas lagi untuk perempuan," tuturnya. *

(Tin/Cas)

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya