Teknologi Pembaca Pikiran Manusia Segera Jadi Kenyataan

Teknologi ini akan menggunakan musik sebagai media utama untuk membaca pikiran manusia. Seperti apa cara kerjanya?

oleh Jeko I. R. diperbarui 07 Feb 2018, 08:30 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2018, 08:30 WIB
Ilustrasi otak dan pikiran manusia
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Rio de Janeiro - Teknologi yang mampu membaca isi pikiran manusia sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Salah satu upaya perwujudan teknologi tersebut adalah memanfaatkan musik sebagai media utamanya.

Teknologi ini dikembangkan oleh sejumlah ilmuwan dari beberapa negara, mulai dari Brazil, India, Jerman, dan juga Finlandia.

Menurut informasi yang dilansir BGR, Rabu (7/2/2018), teknologi tersebut diciptakan di D'Or Institute for research and Education dengan menggunakan teknologi resonansi magnetik ke sejumlah peserta penelitian.

Dijelaskan, teknologi resonansi magnetik ini akan membaca pikiran manusia saat mereka mendengarkan musik lewat headset.

Nanti, teknologi akan mengirim 'sinyal pikiran' yang didapat dari otak peserta saat mereka mendengarkan musik tertentu. Ada beberapa musik yang diperdengarkan, mulai dari klasik, rock, pop, jazz, dan beberapa lainnya.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports ini mengklaim teknologi tersebut mampu menyampaikan isi pikiran manusia sekitar 85 persen.

"Ketika mereka mendengarkan musik tertentu, otak mereka akan bekerja untuk berpikir. Di sinilah teknologi resonansi magnetik akan menangkap pikiran mereka," tulis hasil penelitian tersebut.

Implementasi di Masa Depan

5 Fakta Otak Manusia yang Bikin Kamu Merasa Istimewa Sejagat
Bukan cuma untuk berpikir, otak juga bisa menghidupkan bola lampu, lho!

Nantinya, metode ini akan digunakan sebagai salah satu cara untuk membaca pikiran manusia di masa depan.

Dijelaskan Sebastian Hoefle, peneliti dari Federal Unversity of Rio de Janeiro, musik akan menjadi instrumen terkuat untuk bisa menstimulasi pikiran manusia.

"Teknik ini juga bisa membuka jalan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Bisa digunakan untuk melakukan rekonstruksi pemikiran, mendengar atau mengetahui batin seseorang," ujar Hoefle.

Jepang Lebih Dulu

Bagan otak manusia
Bagan otak manusia untuk menunjukkan letak cerebellum, bagian yang paling terdampak autisme. (Sumber Wikimedia Commons)

Ilmuwan di Jepang juga telah melakukan langkah serupa. Tim peneliti universitas ternama di Jepang telah sukses membuat program server yang mereka namakan BioRxiv (bio-archive).

Teknologi tersebut mengkaitkan bagian jaringan terdalam saraf otak untuk menghasilkan struktur diagram gambar.

Dalam struktur gambar sistem BioRxiv, terdapat kemampuan untuk menghasilkan lapisan bentuk dan warna bedasarkan aktivitas dalam otak kita.

Secara mudahnya, sistem komputer yang mereka ciptakan dapat menghasilkan gambaran tentang apa yang dipikirkan dalam otak kita.

Untuk menciptakan teknologi kecerdasan buatan (AI, Artificial Intelligence), tim peneliti mulanya mengadaptasi dari mesin scan MRI (Magnetic Resonance Imaging).

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya