Robot Diprediksi Bisa Membaca Pikiran Manusia di 2030

Profesor Nita Farahany menuturkan bahwa kemampuan robotik ini dapat muncul ketika teknologi 'pass thought' hadir di masa depan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Jan 2016, 07:48 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2016, 07:48 WIB
100 Tahun Lagi, Umat Manusia akan Diganti Oleh Robot?
Ilustrasi robot

Liputan6.com, Jakarta - Kemampuan robot diperkirakan akan semakin canggih dan melampaui apa yang pernah dicapai saat ini. Dan, salah satu kemampuan yang dapat dilakukan teknologi robotik di masa depan adalah membaca pikiran manusia.

Adalah seorang Profesor Nita Farahany dari Duke University yang memperkirakan bahwa di masa depan perangkat dapat membaca aktivitas otak manusia. Menurutnya, pada 2030, perangkat seperti smartphone dan tablet dapat menganalisis aktivitas otak manusia untuk menentukan apa yang mereka pikirkan.

Farahany menuturkan bahwa teknologi keamanan berbasis pikiran lah yang mendorong peningkatan kemampuan robotik itu. Dengan teknologi yang disebut 'pass thought', manusia tak lagi memerlukan gerakan fisik untuk membuka sebuah perangkat.

Nantinya, pengguna cukup memikirkan lagu tertentu atau memikirkan perangkat yang ingin dibuka untuk membuka kunci perangkat tersebut. Metode ini disebut jadi salah satu alat keamanan yang sangat efektif, aman, dan kecil kemungkinan untuk dipecahkan kodenya.

"Melebihi identifikasi dua tahap yang umum saat ini, di masa depan pengggunaan tanda berdasarkan teknologi saraf atau yang disebut 'pass thought', terbuka lebar," jelasnya, seperti dikutip dari laman Tech Times, Rabu (27/1/2016).

Bahkan, tak menutup kemungkinan suatu hari nanti orang-orang akan menggunakan perangkat elektroensefalografi untuk saling berbagi pikiran dan aktivitas otak pada orang lain. Selain itu, diagnosa kesehatan mental juga dapat dibagi ke komputer dan perangkat lain.

Sekadar informasi, elektroensefalografi atau yang biasa disingkat EGG adalah perangkat yang biasa digunakan untuk merekam aktivitas elektrik otak. Biasanya perangkat ini digunakan untuk mengetahui jika adanya kemungkinan ganggunan fisiologi fungsi otak.

Kendati demikian, di sisi lain, beberapa ahli mengingatkan ada bahaya dari teknologi ini. Salah satunya adalah terkait privasi pengguna. Sebab, teknologi seperti ini jelas dapat menarik perhatian para hacker. Dan, bukan tidak mungkin banyak hacker akan melihat ini untuk mengambil keuntungan secara tidak baik. 

(Dam/Cas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya