Spotify Siap Melantai di Bursa Saham

Spotify, akan segera melantai di bursa saham New York Stock Exchange. Perusahaan asal Swedia tersebut telah mengajukan direct listing sahamnya pada Rabu (28/2/2018).

oleh Andina Librianty diperbarui 01 Mar 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2018, 17:30 WIB
Spotify
Spotify (sumber: spotify.com)

Liputan6.com, Jakarta - Spotify, akan segera melantai di bursa saham New York Stock Exchange. Perusahaan asal Swedia tersebut telah mengajukan direct listing sahamnya pada Rabu (28/2/2018).

Spotify yang akan diperdagangkan sebagai SPOT di New York Stock Exchange, mengambil langkah yang tidak biasa di pasar publik Amerika Serikat (AS).

Ketimbang melakukan penawaran saham perdana (IPO, Initial Public Offering) konvensional, perusahaan menggunakan direct listing yang membuat para investor dan karyawan bisa menjual sahamnya tanpa merekrut broker atau underwriter untuk mengurus proses penawaran.

Dilansir Reuters, Kamis (1/3/2018), karena Spotify tidak akan mengeluarkan saham baru, maka perusahaan tidak merinci harga listing.

Spotify menyatakan valuasinya saat ini antara US$ 16,8 miliar dan US$ 22,5 miliar. Perhitungan ini berdasarkan perkiraan harga saham antara US$ 9 dan US$ 127,50 di pasar privat pada Februari dan 178 saham beredar pada akhir bulan yang sama.

Dalam dokumen pengajuannya, Spotify mencantumkan data finansial yang memperlihatkan pertumbuhan pendapatan dan biaya operasional yang relatif stabil. Ini merupakan kali pertama Spotify mengungkapkan data finansialnya ke publik.

Spotify pertama kali dirilis pada 2008 dan telah tersedia di lebih dari 60 negara. Selain itu, Spotify juga merupakan perusahaan streaming musik terbesar di dunia, serta merupakan rival utama Apple, Amazon dan Google, yang juga memiliki layanan serupa.

"Kami yakin dengan universalitas musik, memberikan kami peluang untuk menjangkau lebih dari 3,6 miliar pengguna internet di dunia," tulis Spotify dalam laporannya.

Pendapatan dan Kerugian Naik

Situs web Spotify
Situs web Spotify (Foto: Spotify.com)

Pendapatan Spotify naik 39 persen menjadi 4,09 miliar euro pada 2017, dari 2,95 miliar euro satu tahun sebelumnya. Kerugian operasional melebar menjadi 378 juta euro pada 2017, dari 349 juta euro.

"Pendapatan terus tumbuh, tapi pengeluaran mereka tumbuh lebih lambat daripada pendapatan. Ini lah yang terjadi pada bisnis semacam ini," ungkap pakar IPO dan profesor di University of Florida, Jay Ritter.

Spotify saat ini memiliki 71 juta pelanggan premium di dunia, dua kali lebih banyak daripada Apple dengan 36 juta. Total termasuk untuk layanan gratis, Spotify memiliki rata-rata 159 juta pengguna bulanan.

Tarif berlangganan Spotify premium sebesar US$ 9,99 per bulan. Spotify melihat ada potensi besar dalam layanan iklannya (gratis) yang tidak dimiliki Apple.

"Dengan layanan berbasis iklan, kami yakin ada peluang besar untuk menumbuhkan pengguna dan mendapatkan pangsa pasar dari radio tradisional," demikian Spotify menjelaskan dalam laporannya.

Spotify saat ini merajai pasar streaming musik, tapi rival utamanya yaitu Apple, Google dan Amazon juga memiliki peluang besar untuk terus tumbuh. Ketiga rival Spotify tersebut merupakan raksasa teknologi yang terus mengembangkan inovasi baru.

Spotify sendiri memiliki sekutu yang kuat dengan menjalin kerja sama dengan Tencent Holding. Kedua perusahaan pada Desember 2017 mengumumkan akan saling membeli saham minoritas untuk membantu menumbuhkan bisnis mereka di pasar inti masing-masing.

Saham Spotify Bisa Volatile

Layanan Spotify di Indonesia
Layanan Spotify di Indonesia (Foto: Ist)

Spotify memilih direct listing ketimbang IPO konvensional untuk melantai di bursa saham. Direct listing tidak menghilangkan kepemilikan saham seperti yang akan terjadi pada IPO konvensional.

Salah satu keuntungan direct listing yaitu perusahaan bisa menghemat ratusan juta dollar untuk biaya underwriting. Hal ini membebaskan pemilik saham dari periode "pengurungan" yang membatasi mereka untuk menjual saham setelah listing.

Underwriter (penjamin emisi) yang biasanya memberikan stabilitas harga untuk listing baru, tidak digunakan dalam direct listing.

Jika demikian, absennya penjamin emisi bisa membuat saham Spotify volatile di publik. Volatile merupakan istilah untuk menggambarkan nilai saham yang sangat fluktuatif yaitu dapat naik dan turun dengan tajam.

Manager portofolio Synovus Trust, Dan Morgan, menggambarkan Spotify sebagai "menarik", tapi mempertanyakan kecepatan perusahaan menjadi menguntungkan.

"Bagaimana Spotify memonetisasi basis penggunanya melebihi biaya berlangganan US$ 5-US$ 15," kata Morgan.

(Din/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya