Usai Ketahuan Pantau Pengguna, Google Perbarui Aturan soal Riwayat Lokasi

Google ubah aturan soal riwayat lokasi setelah penemuan menyebut perusahaan masih memantau penggunanya, meski riwayat lokasi sudah dimatikan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 20 Agu 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2018, 09:00 WIB
Google
Kantor pusat Google di Mountain View. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Liputan6.com, Jakarta - Empat hari berselang usai temuan Google masih menyimpan riwayat lokasi penggunanya meski fitur lokasi sudah dimatikan, Google diketahui turut memperbarui aturan mengenai riwayat lokasi di situs resminya.

Perubahan ini pertama kali diketahui oleh Associated Press. Dalam deskripsi kali ini, perusahaan berupaya menggambarkan lebih utuh aturan soal riwayat lokasi di layanannya.

"Pengaturan soal lokasi ini (menonaktifkannya) tidak berakibat pada layanan lokasi lain, seperti Google Location Services dan Find My Device," tulis Google dalam pernyataan resminya.

Perusahaan juga menyebut beberapa data lokasi memang disimpan sebagai bagian dari aktivitas pengguna, seperti Search dan Maps.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Tech Crunch, Senin (20/8/2018), Google mengaku pihaknya tetap mengaktifkan lokasi, meski pengguna mematikannya adalah untuk meningkatkan pengalaman saat memakai Google Search atau memanfaatkannya untuk memberi petunjuk pengemudi.

Pembaruan ini, menurut Google, menjadi cara perusahaan untuk memberikan informasi mengenai pengaturan riwayat lokasi yang lebih konsisten dan jelas untuk para pengguna termasuk yang mengakses laman bantuan.

Sekadar informasi, dari investigasi yang dilakukan Associated Press, ternyata banyak layanan Google di perangkat Android dan iPhone yang menyimpan data lokasi pengguna.

Parahnya, Google tetap menyimpan lokasi pengguna meski mereka telah mengaktifkan pengaturan privasi yang menurut klaim Google, tak akan lagi memantau lokasi pengguna.

Google Tetap Lacak Pengguna

Google Maps
Hindari ganjil-genap pakai Google Maps. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Peneliti ilmu komputer di Universitas Princeton mengonfirmasi temuan APNews ini. Pada sebagian besar aplikasi, Google memang telah meminta izin mengakses lokasi pengguna.

Kemudian, aplikasi seperti Google Maps akan memperingatkan pengguna untuk mengizinkan akses lokasi, salah satunya untuk navigasi. Jika pengguna menyetujui permintaan itu, Google bakal merekam lokasi pengguna dari waktu ke waktu.

Selanjutnya, Google akan menampilkan Riwayat Lokasi pengguna dalam sebuah timeline yang memetakan pergerakan harian si pengguna.

Google juga menyimpan riwayat perjalanan pengguna menit demi menit. Privasi pengguna pun jadi taruhannya, namun kabarnya fitur ini dimanfaatkan kepolisan untuk menentukan lokasi tersangka.

Kendati demikian, dengan alasan privasi, perusahaan yang bermarkas di California, AS, ini memperbolehkan pengguna untuk menerapkan jeda Riwayat Lokasi penggunanya. Dengan begitu pengguna bisa mengatur opsi apakah lokasi mereka akan disimpan atau tidak oleh Google.

Google Berkilah

Logo baru Google
Logo baru Google

Pihak Google sendiri mengatakan, jika pengguna mengatur untuk menghapus sebuah tempat yang pernah dikunjungi, lokasi tersebut tidak akan lagi direkam oleh mesin Google.

"Anda bisa mematikan Riwayat Lokasi kapanpun. Dengan mematikan Riwayat Lokasi, tempat yang pernah kamu kunjungi tidak akan tersimpan lagi," kata Google dalam support page mereka.

Sayangnya, hal tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Meski Riwayat Lokasi dimatikan, beberapa aplikasi Google secara otomatis menyimpan data lokasi tanpa diminta.

Misalnya, Google menyimpan cuplikan tempat pengguna berada saat mereka membuka aplikasi Maps-nya. Selain itu, pembaruan cuaca otomatis di Android menunjukkan lokasi pengguna berada.

Masalah privasi ini memengaruhi sekitar 2 miliar pengguna Android dan juga ratusan pengguna iPhone yang menggunakan aplikasi Google untuk maps dan penelusuran.

(Dam/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya