9,4 Juta Data Penumpang Cathay Pacific Dibocorkan Hacker

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Chief Executive Cathay Pacific Rupert Hogg belum lama ini.

oleh Jeko I. R. diperbarui 25 Okt 2018, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2018, 13:00 WIB
Nama Cathay Pacific typo di sebuah pesawat Boeing di Hong Kong (sumber: Facebook)
Nama Cathay Pacific typo di sebuah pesawat Boeing di Hong Kong (sumber: Facebook)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus kebocoran data penumpang maskapai tengah menjadi 'lahan basah' di kalangan hacker. Kini, giliran maskapai Cathay Pacific yang jadi korban.

Tak tanggung-tanggung, kebocoran data Cathay Pacific dilaporkan menelan 9,4 juta penumpang.

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Chief Executive Cathay Pacific Rupert Hogg belum lama ini.

Dalam keterangannya, Hogg meminta maaf karena kejadian fatal ini berimbas ke data pribadi penggunanya.

Bagaimana pun, ia memastikan akan memperkuat sistem keamanan perusahaan demi menjaga data penumpang ke depannya.

"Kami minta maaf atas kejadian ini karena telah melibatkan data penumpang. Kami dengan segera mungkin akan melakukan investigasi dengan bantuan perusahaan keamanan siber terkemuka, dan juga memperkuat keamanan teknologi perusahaan," ujar Hogg seperti dikutip Ubergizmo, Kamis (25/10/2018).

Diduga kuat, hacker yang membocorkan data penumpang, berhasil mengakses 27 nomor kartu kredit, tetapi tanpa dengan kode keamanan kartunya, dan 403 nomor kartu kredit lain yang sudah jatuh tempo.

Namun demikian, Cathay Pacific menjamin bahwa jutaan data penumpang yang bocor ini tidak disalahgunakan hacker. Mereka juga mengungkap tidak ada password yang bocor sama sekali.

 

380 Ribu Data Pelanggan Diretas dari Situs Web British Airways

Ilustrasi hacker
Ilustrasi hacker (iStockPhoto)

Maskapai British Airways tengah melakukan investigasi terhadap kasus pencurian data pelanggan dari laman web dan aplikasi mereka.

Kabar terbaru menyebut, maskapai asal Britania Raya ini meminta pada pelanggan yang terdampak untuk menghubungi pihak bank atau penyedia kartu kredit mereka.

Sebagaimana dikutip Tekno Liputan6.com dari The Guardian, Sabtu (8/9/2018), British Airways mengklaim sekitar 380 ribu data pembayaran milik pelanggan telah diretas. Mereka juga telah menginformasikan masalah ini kepada pihak kepolisian.

"Data yang dicuri tidak termasuk informasi detail paspor milik pengguna. Sejak 21 Agustus 2018 hingga 5 September 2018, data pribadi dan detail keuangan milik pelanggan yang memesan tiket di ba.com dan aplikasi kami telah diretas," demikian pernyataan British Airways.

Saat ini, masalah peretasan telah diselesaikan dan laman web British Airways telah berjalan dengan normal.

"British Airways telah berkomunikasi dengan pelanggan dan kami menyarankan setiap pelanggan yang merasa terkena insiden ini untuk menghubungi penyedia kartu kredit atau bank, kemudian mengikuti saran yang diberikan," tutur British Airways.

Pencurian data tersebut merupakan salah satu kasus serius yang mengguncang perusahaan Inggris. Gara-gara hal ini pula, reputasi British Airways pun terdampak.

Masalah Berulang di British Airways

Hacker
Ilustrasi Hacker (iStockPhoto)

Pada Mei tahun lalu, British Airways juga terdampak bencana teknologi saat terjadinya lonjakan listrik di pusat kendali dekat Heathrow, yang menyebabkan gangguan penerbangan global dan membuat puluhan ribu penumpang terlantar di bandara London.

Masalah kecil pun terus berulang dengan lusinan penerbangan jarak dekat yang dibatalkan pada Juli ini.

Meski demikian, British Airways dan grup maskapai lain yang dimilikinya, IAG, telah membantah adanya isu-isu terkait dengan pengalihan operasi IT.

Sementara itu, National Crime Agency Inggris mengatakan, "kami mengetahui laporan pelanggaran data yang mempengaruhi British Airways dan bekerja dengan mitra untuk menilai tindakan terbaik."

Sebelumnya dalam laporan Kaspersky Lab, sepanjang 2017 ada 360.000 file jahat yang diluncurkan hacker dalam sehari.

Angka itu meningkat 11,5 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Justru, pada 2015 mengalami sedikit penurunan. Sayangnya hal ini tidak terus berlanjut justru jumlah file jahat yang terdeteksi setiap hari terus tumbuh selama dua tahun terakhir.

Jumlah file berbahaya yang terdeteksi setiap hari mencerminkan rata-rata dari aktivitas hacker yang terlibat dalam pembuatan dan penyebaran perangkat lunak jahat (malware).

Angka tersebut untuk pertama kalinya mulai dihitung pada 2011 yang mencapai 70.000.

Dan di tahun-tahun berikutnya tumbuh lima kali lipat, sedangkan data pada 2017 memperlihatkan pertumbuhan yang terus meningkat.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya