Maskapai Penerbangan Berburu WiFi di Langit

Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri turut mempengaruhi berbagai hal, termasuk bisnis maskapai penerbangan.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Okt 2015, 10:12 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2015, 10:12 WIB
Pesawat Garuda Indonesia
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan teknologi tak bisa dipungkiri turut mempengaruhi berbagai hal, termasuk bisnis maskapai penerbangan. Kini salah satu layanan yang menjadi idaman di langit adalah konektivitas WiFi.

Mengutip laporan Financial Times, Selasa (20/10/2015), Eropa dalam beberapa tahun terakhir tengah bergegas untuk memasang konektivitas internet, untuk mengejar ketertinggalan dari rivalnya, termasuk Amerika Serikat (AS). Sejumlah maskapai Eropa pun tengah berusaha mengoptimalkan layanan WiFi di langit.

Mulai dari Air France-KLM, British Airways, dan Virgin Atlantic hingga maskapan low-cost seperti easyJet berencana menjadikan layanan WiFi di udara sebagai teknologi matang dan lebih terjangkau.

Bulan lalu, operator Eropa lain yaitu Lufthansa mengungkapkan rencana untuk menyuguhkan internet broadband di seluruh penerbangan jarak pendek dan menengah mulai musim panas tahun depan.

Namun tampaknya rencana para maskapai Eropa tersebut harus menghadapi tantangan teknologi. Maskapai Eropa harus menggunakan teknologi berbasis satelit yang lebih mahal, karena area yang dilintasi selama perjalanan kebanyakan adalah lautan dan pegunungan.

Sistem tersebut harganya US$ 400 ribu atau setara Rp 5, 4 miliar (Rp 13.630 per US$ 1) per pesawat, ditambah US$ 100 ribu atau setara Rp 1, 3 miliar untuk biaya pemasangan. Sementara operator domestik AS memiliki akses jaringan udara murah yang dijalankan oleh GoGo dengan biaya US$ 80.000 per pesawat.

Alhasil, United Airlines bisa menyuguhkan internet nirkabel di 85 persen armadanya. Adapun Air-France dan BA, masing-masing hanya menyuguhkannya di satu dan dua pesawat saja. Kendati biaya menjadi tantangan, menurut analis, ekspektasi penumpang memaksa para maskapai Eropa unuk bersaing.

"Semuanya sudah dilakukan dengan online, seperti check-in sehingga layanan digitial bisa membantu personalisasi pengalaman bagi penumpang," ungkap Chief Marketing and Strategy Officer penyedia WiFi Sita OnAir, Francois Rodriguez.

Rodriguez meyakini bahwa menyediakan WiFi di langit adalah untuk memberikan proses penerbangan yang baik bagi konsumen. Para penumpang bisa memanfaatkannya untuk berbagai hal, seperti memesan taksi saat berada di udara.

Namun menurut sejumlah analis, perusahaan maskapai penerbangan harus berusaha keras untuk bisa mendapatkan keuntungan dari layanan WiFi di udara seperti memaksimalkan pemasaran. Pasalnya, menjual akses WiFi kepada penumpang cukup sulit, mengingat konsumen terbiasa mendapatkan akses tersebut secara gratis di toko-toko atau kafe.

(Din/Isk)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya