Liputan6.com, Jakarta - Dalam sejarah militer, salah satu keuntungan di medan perang adalah untuk menguasai area tinggi.
Namun, keuntungan ini semakin dimaknai secara ekstrem sehingga ketika ada peluncuran satelit pertama di dunia, hal tersebut ingin dimiliterisasi.
Baca Juga
Memang secara teori, antariksa adalah tempat tertinggi yang disebut bisa memberikan keuntungan perang.
Advertisement
Justru, banyak sekali program yang berdasarkan konsep tersebut justru gagal total atau dibatalkan. Ujung-ujungnya, alokasi dana justru terbuang sia-sia.
Apa saja? Berikut deretan percobaan untuk manfaatkan luar angkasa demi perang yang berujung gagal total sebagaimana dikutip laman Merdeka pada Selasa (12/2/2019).
1. Proyek MOL dan Project Almaz
Manned Orbiting Laboratory atau MOL adalah proyek angkatan udara AS yang diumumkan pada1963 silam.
Proyek ini diharapkan jadi eksperimen militerisasi dengan hanya menempatkan satu orang di luar angkasa.
Salah satu misinya adalah menempatkan platform pengintaian musuh di orbit, yang tentu akan mempermudah ketika perang terjadi.
Teknologi ini merupakan kerja sama angkatan udara AS dengan National Reconnaissance Office yang mengembangkan kamera dan sistem yang terkait.
Karena proyek ini sudah memakan anggaran lebih dari US$ 1 miliar ketika itu, akhirnya MOL dibatalkan oleh Presiden Richard Nixon.
Versi Soviet dari project MOL adalah Almaz, yang tak cuma memasang kamera namun juga meriam.
Proyek ini pun berakhir sama dengan milik AS, dengan membuang terlalu banyak uang dan upaya. Akhirnya proyek ini dihentikan hanya dalam 81 hari.
Advertisement
2. Soyuz PPK
Soyuz adalah kendaraan luar angkasa untuk mengantar kru ke International Space Station.
Namun di tengah pengembangannya, sisi militer juga ingin disematkan. Akhirnya Soyuz juga didesain untuk menginspeksi atau menghancurkan pesawat luar angkasa musuh yang ingin mengintervensi satelit Soviet.
Soyuz PPK mengisi bahan bakar melalui tanker terpisah dan mampu mencapai orbit 6.000 kilometer.
Namun, karena biaya yang terlalu mahal dan kemajuan teknologi membuat pesawat luar angkasa tanpa awak jadi lebih layak, Soyuz tak jadi dikembangkan untuk militer. Akhirnya, Soyuz tetap digunakan namun tanpa embel-embel militer.
3. FOBS
Di era perang dingin, AS dan Uni Soviet selalu berlomba-lomba untuk adu canggih senjata.
Setelah AS memiliki radar peringatan dini yang mengarah ke Kutub Utara, di mana rudal akan datang dari arah Uni Soviet, musuh bebuyutan AS ini tak kehilangan akal untuk 'menakuti' AS.
Soviet merancang Fractional Orbital Bombardment System (FOBS), di mana hulu ledak nuklir akan diluncurkan ke orbit tepat di atas kutub, sehingga bisa menghujam AS dari segala arah. Hal ini juga akan membuat radar peringatan dini AS tak akan menyala.
Namun, setelah ada Perjanjian Luar Angkasa, Uni Soviet dilarang untuk meluncurkan hulu ledak nuklir ke luar angkasa.
Uni Soviet tetap ngotot untuk mengorbit rudal-rudal ini namun tanpa hulu ledak dan dalam dalam keadaan siaga. Total, ada 18 sistem yang dikerahkan.
Akhirnya, pada 1983 proyek ini dihapus karena Rusia menandatangani perjanjian pengurangan senjata.
Advertisement
4. Project Lunex
Pada 1961 ketika Presiden JFK mencanangkan keinginan untuk mengirim manusia ke Bulan, Angkatan Udara AS juga merilis rencana rahasia dari Project Lunex, yang merupakan basis militer di Bulan. Proyek ini harusnya dijalankan pada 1967.
Beberapa kendaraan yang akan dipakai waktu itu adalah rocket booster dengan inti LOX/LH2, serta roket RL-10 yang sampai sekarang masih digunakan.
Tujuan utama hal ini adalah ingin ikut andilnya militer AS di segala aspek perjalanan luar angkasa yang dilakukan umat manusia.
Selain itu, hal ini tentu sebagai respons terhadap Soviet yang sebelumnya telah mencanangkan untuk ingin memiliterisasi antariksa.
Akhirnya karena terlalu banyak kendala untuk membangun basis militer di luar angkasa, proyek ini dihentikan.
Pada akhirnya, proyek ini jadi proyek sipil bernama Project Apollo yang kita kenal sekarang.
5. Program 437
Pada era 1960-an, angkatan udara AS berencana untuk meluncurkan rudal nuklir ke luar angkasa untuk menghancurkan satelit musuh, jika ada serangan nuklir kala perang.
Proyek ini diberinama Program 437. Bahkan, program ini berhasil meluncur dengan rudal yang diluncurkan dari Pulau Johnston di Pasifik.
Dalam uji coba sebelumnya, ledakan 1.400 kiloton hulu ledak akhirnya dapat mengganggu komunikasi hingga Hawaii. Diperkirakan, rudal ini bisa menghancurkan 7 satelit.
Program ini akhirnya tidak terlalu terpakai sebelum akhirnya mati. Berbagai faktor seperti rentannya situs peluncuran terhadap cuaca buruk, batas usia roket, dukungan militer dari Pulau Johnston yang rentan diserang Soviet, serta sumber dana yang habis untuk perang Vietnam, akhirya membuat program ini dihentikan.
Reporter: Indra Cahya
Sumber: Merdeka.com
(Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement