Liputan6.com, Jakarta - Apple menunjukkan komitmennya untuk menjaga kelestarian lingkungan. Langkah ini, salah satunya dibuktikan dengan penggunaan elemen mineral langka dari tanah atau rate-earth elements, yang telah didaur ulang sebagai material pembuatan iPhone.
Mengutip laman Reuters, Jumat (20/8/2019), Apple akan memakai material hasil daur ulang tersebut di bagian "Taptic Engine" mereka.
Advertisement
Baca Juga
Taptic Engine merupakan sebuah bagian yang memungkinkan pengguna untuk merasa telah mengklik tombol fisik, meski sebenarnya yang disentuh adalah panel datar dari kaca.
Mineral langka dari tanah hasil daur ulang ini akan dipakai pada sekitar seperempat bagian dalam iPhone. Mineral ini sebenarnya terdiri dari tujuh belas jenis. Selain akan dipakai di iPhone, mineral ini sebelumnya dipakai untuk material persenjataan, barang-barang elektronik konsumen, dan lain-lain.
Karena sifatnya yang terbatas, mineral ini ditengarai ikut mengobarkan ketegangan di sektor perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.Â
Pasalnya, menurut Reuters, Tiongkok mendominasi pemrosesan mineral mentah yang biasa dipakai di produk elektronik, termasuk iPhone. Namun, Tiongkok seolah menyiratkan bahwa mereka membatasi penjualan mineral langka ini ke Amerika Serikat.
Sebelumnya, Tiongkok juga membatasi penjualan mineral serupa ke Jepang setelah adanya sengketa diplomatik di tahun 2010.
Bukan Karena Perang Dagang Tiongkok-AS
Vice President Environment, Policy and Social Initiatives Apple, Lisa Jackson, mengatakan Apple menggunakan mineral daur ulang bukan terkait dengan ketegangan perdagangan antara kedua negara, melainkan untuk mempertahankan persediaannya.
"Ini (pemakaian mineral hasil daur ulang) merupakan salah satu kebetulan yang baik. Baik untuk Bumi, dan di saat bersamaan juga baik untuk bisnis," tutur Jackson.
Dia mengatakan, dengan mineral daur ulang, prosesnya memang lebih lama. Pasalnya, dalam produk elektronik konsumen, mineral langka ini biasanya dipakai di produk berukuran kecil. Misalnya, di speaker kecil atau aktuator.
Karena bagian-bagiannya sangat kecil, perusahaan bakal kesulitan dan butuh uang lebih untuk mendaur ulang.
Sampai saat ini, Apple masih menggunakan elemen langka hasil daur ulang dari pemasok luar, bukan dari seri-seri iPhone lawas.
Apple tak menyebut nama pemasok elemen langka mereka. Namun, perusahaan teknologi AS ini mengakui, sumbernya adalah pascaindustri. Artinya, bahan yang dihasilkan bukan dari produk usang yang telah dibuang, melainkan dari produk yang tidak terjual.
Dikatakan Jackson, Apple biasanya menjual iPhone baru sebanyak puluhan juta unit per tahunnya. Hal ini, dia bilang, bisa membuat proyek ini layak secara ekonomi.
"Pada dasarnya kami telah membuat pasar untuk wirausahawan, inovator, yang kemudian akan menemukan cara untuk mendaur ulang material langka dari tanah tersebut," tutur Jackson.
Advertisement
Didukung oleh Pihak Lain
Menurut CEO perusahaan yang memperbaiki produk elektronik iFixit, Kyle Wiens, langkah Apple menggunakan material daur ulang merupakan yang pertama di industri.
"Elemen langka saat ini belum didapatkan dari barang-barang daur ulang, dan ini masalah besar. Tiongkok memiliki banyak pasokan elemen langka. Oleh karenanya, ide Apple menggunakan elemen daur ulang adalah hal yang brilian," kata Wiens.
Kerap Pakai Komponen dari Perangkat Lawas
Salah satu yang dilakukan Apple mendukung kelestarian Bumi adalah menggunakan kembali komponen dari perangkat lawas. Perusahaan pun memiliki program trade-in perangkat lawas dengan tujuan mendaur ulang komponen di dalam perangkat lawas dan dibuat sebagai bodi laptop MacBook Air baru.
Apple sebelumnya mengungkap, kobalt putih dari baterai iPhone yang dibongkar oleh robot di laboratorium daur ulang di Texas dimasukkan ke baterai iPhone baru.
Apple mendaur ulang material langka dari smartphone lawas mereka memakai tenaga robot. Robot ini mampu 'menyelamatkan' komponen kecil dan memisahkannya ke kotak pengumpulan dan melakukan proses daur ulang.
Perusahaan juga siap berbagi pengetahuan tentang daur ulang kepada para pendaur ulang konvensional yang memakai cara lama, yakni merusak perangkat untuk mendapatkan komponen di dalamnya. Tujuannya adalah memperbanyak material yang bisa diambil dalam perangkat, tanpa merusaknya.
"Ini merupakan sejumlah inovasi kami dan kami senang jika banyak orang mengikutinya. Kami mencoba lebih transparan tentang teknologi daur ulang ini, dibandingkan sebelumnya," ujar Jackson.
(Tin/Why)