Microsoft Setop Layanan Internet Explorer Tahun Depan

Microsoft memastikan akan menyetop dukungan untuk sejumlah layanan besutannya di Internet Explorer mulai tahun depan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 18 Agu 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2020, 14:00 WIB
Napak Tilas Sejarah Internet Explorer di Dunia Internet
Berikut sejarah Internet Explorer sejak diciptakan dari tahun 1995 sampai resmi dipensiunkan di tahun ini.

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft akhirnya mengumumkan akhir dukungan yang akan diberikan pada Internet Explorer. Informasi ini diketahui dari blog resmi perusahaan beberapa waktu lalu.

Dikutip dari The Next Web, Selasa (18/8/2020), Microsoft mengatakan layanan besutannya, seperti Outlook, OneDrive, maupun Office 365 tidak lagi mendukung Internet Explorer usai 17 Agustus 2021. 

Dukungan Microsoft Teams untuk Internet Explorer juga akan dihentikan usai 30 November 2020. Kendati demikian, belum ada informasi mengenai kapan peramban lawas ini benar-benar dihapus keberadannya dari Windows 10.

Selain Internet Explorer, Microsoft turut mengumumkan bakal menghentikan dukungan untuk peramban Edge versi legacy. Oleh sebab itu, perusahaan hanya akan menyisakan dukungan untuk peramban Edge yang berbasis Chromium.

Adapun untuk Edge versi legacy, pembaruan keamanan tidak lagi diberikan usai 9 Maret 2021. Karenanya, pengguna yang ingin selalu mendapatkan pemutakhiran versi harus beralih ke Edge berbasis Chromium.

Sebagai informasi, upaya Microsoft untuk mengajak pengguna beralih ke Edge versi Chromium memang sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu. Terlebih, untuk pengguna yang masih menggunakan Internet Explorer.

Beberapa cara pun dilakukan, seperti memastikan peramban Edge versi terbaru memiliki mode kompatibel dengan laman untuk Internet Explorer. Cara ini dilakukan untuk mempermudah transisi sejumlah pengguna.

Kaspersky Temukan Eksploitasi Zero-Day di Windows dan Internet Explorer

Internet Explorer
Internet Explorer. Dok: engadget.com

Di sisi lain, teknologi deteksi otomatis Kaspersky berhasil mencegah serangan tertarget pada perusahaan Korea Selatan.

Berdasarkan analisis, terungkap bahwa serangan ini menggunakan rantai penuh tak dikenal yang terdiri dari eksploitasi zero-day.

Kedua eksploitasi yang dimaksud adalah ekseskusi kode jarak jauh untuk Internet Explorer 11 dan eksploitasi elevasi hak istimewa untuk Windows. Terkini, eksploitasi ini menarget versi terbaru Windows, yakni Windows 10.

Dijelaskan Kaspersky, kerentanan zero-day merupakan jenis bug perangkat lunak yang sebelumnya tidak dikenal. Setelah ditemukan, kerentanan ini memungkinkan penyerang untuk melakukan aktivitas berbahaya secara diam-diam, sehingga menyebabkan kerusakan serius dan tak terduga.

Saat menyelidiki serangan tersebut, peneliti Kaspersky menemukan dua kerentanan zero-day.

Eksploitasi untuk Internet Explorer adalah Use-After-See, sebuah jenis kerentanan yang bisa mengaktifkan eksekusi jarak jauh seutuhnya. Eksploitasi ini ditetapkan sebagai CVE-2020-1380.

Namun, karena Internet Explorer bekerja di area terisolasi, aktor ancaman membutuhkan lebih banyak hak istimewa pada mesin yang terinfeksi. Hal inilah yang membuat penyerang butuh eksploitasi kedua yang ditemukan di Windows, dan memakai kerentanan dalam layanan printer. Ini memungkinkan aktor ancaman mengeksekusi kode arbriter di mesin koban.

Berita Besar

Email Berisi Malware Incar Calon Pengguna Windows 10
Para pengguna yang masih menunggu update Windows 10 harus waspada terhadap e-mail palsu ini.

Pakar Keamanan Kaspersky Boris Larin mengatakan, ketika serangan tak terduga dengan kerentanan zero-day terjadi, fenomena itu akan menjadi berita besar bagi komunitas keamanan siber.

Deteksi yang berhasil dari kerentanan semacam itu segera mendorong para vendor untuk mengeluarkan tambalan dan memaksa pengguna untuk memasang semua pembaruan yang diperlukan.

"Yang sangat menarik dalam serangan yangditemukan ini adalah bahwa eksploitasi sebelumnya yang kami temukan sebagian besar tentang kebutuhan atas peningkatan hak istimewa. Namun kasus ini mencakup eksploitasi dengan kemampuan eksekusi kode jarak jauh yang lebih berbahaya," kata Boris dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Jumat (14/8/2020).

"Ditambah dengan kemampuan untuk mempengaruhi build Windows 10 terbaru, serangan yang ditemukan benar-benar menjadi hal langka saat ini. Ini mengingatkan kita sekali lagi untuk berinvestasi pada intelijen ancaman terkemuka dan teknologi pelindung yang telah terbukti agar dapat secara proaktif mendeteksi ancaman zero-day terbaru,” kata Boris.

(Dam/Ysl)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya