Red Hat Ansible Automation Platform Kini Terintegrasi dengan Red Hat OpenShift

Red Hat mengumumkan telah mengintegrasikan Red Hat Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management for Kubernetes.

oleh M Hidayat diperbarui 20 Nov 2020, 14:00 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2020, 14:00 WIB
Logo Red Hat
Logo Red Hat. Kredit: Red Hat

Liputan6.com, Jakarta - Red Hat mengumumkan telah mengintegrasikan Red Hat Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management for Kubernetes. Integrasi ini diyakini dapat mengakselerasi automasi dan integrasi antara cloud-native dan infrastruktur tradisional.

Selain itu, integrasi ini juga diharapkan dapat mendorong modernisasi aplikasi di lingkungan TIK, menyederhanakan alur kerja, dan meniadakan sekat antara server tradisional dan mesin virtual serta kluster cloud-native, termasuk Red Hat OpenShift.

Pembaruan dan modernisasi aplikasi IT menjadi prioritas utama perusahaan pada saat ini. Data Gartner menunjukkan bahwa hanya sekitar 40 persen perangkat lunak pengelolaan kontainer yang ada pada 2019, akan tetap kompetitif pada 2022 mendatang.

"Dengan mengintegrasikan Red Hat OpenShift dan Ansible Automation Platform, perusahaan-perusahaan dapat memanfaatkan Ansible dalam pengelolaan infrastruktur dan penerapan aplikasi," ujar Joe Fitzgerald, Vice President, Management, Red Hat dikutip dari keterangan tertulis.

Selain itu, Joe meyakini bahwa secara de facto Ansible telah menjadi standar dalam automasi dan Red Hat punya banyak automatisasi Ansible siap-pakai, yang mencakup berbagai domain, terkurasi, dan tersertifikasi.

Dalam hal ini, Red Hat OpenShift merupakan platform yang powerful dan scalable. Integrasi antara Ansible Automation Platform dan Red Hat Advanced Cluster Management bertujuan untuk meringankan dan menyederhanakan alur kerja tim IT di perusahaan tadi.

 

Merampingkan toolset

Caranya, integrasi ini merampingkan toolset dan melakukan "handoffs" antara teknologi tradisional dan cloud-native.

Ketika alur kerja di level aplikasi atau infrastruktur IT yang lama dibutuhkan, ia akan bertindak selaku panel kontrol di seluruh kluster Red Hat OpenShift untuk memicu kapabilitas Ansible Automation Platform, layaknya menjalankan pembaruan sistem, konfigurasi load balancer, scaling pada server resource, dan sebagainya.

Alhasil, tercipta sebuah alur kerjaa tunggal dalam mengelola lingkungan hybrid cloud kompleks tanpa memaksa perusahaan memilih antara kebutuhan IT mereka sekarang dan kebutuhan IT yang mereka butuhkan pada masa depan digital.

Sebagai bagian dari integrasi ini, Red Hat memanfaatkan OpenShift Kubernetes Operator untuk melakukan automasi IT di lingkungan hybrid cloud. Dengan Resource Operator for Red Hat Advanced Cluster Management, teknologi ini dapat meminta Ansible Automation Platform mengeksekusi berbagai tugas secara efisien di luar kluster Kubernetes.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya