Riset Google: Semakin Banyak Perempuan Indonesia Ingin Berwirausaha

Google merilis hasil penelitian yang ditujukan untuk memahami keinginan-keinginan terkait kewirausahaan dari perempuan Indonesia serta tantangan yang mereka hadapi.

oleh M Hidayat diperbarui 26 Nov 2020, 16:31 WIB
Diterbitkan 26 Nov 2020, 16:30 WIB
Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Google merilis hasil penelitian yang ditujukan untuk memahami keinginan-keinginan terkait kewirausahaan dari perempuan Indonesia serta tantangan yang mereka hadapi.

Melalui program bertajuk "Women Will", Google bersama dengan Kantar menyurvei 990 perempuan dan 510 laki-laki pada Januari dan Februari 2020 tentang alasan mereka memilih untuk bekerja serta hal-hal penting lainnya bagi mereka saat mencari pekerjaan.

Program tersebut juga memberikan pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi perempuan pemilik bisnis.

Dalam penelitian berjudul "Advancing Women in Entrepreneurship" itu, disebutkan bahwa 49 persen perempuan menyatakan diri sebagai pewirausaha dengan bisnis yang mereka jalankan sendiri saat ini.

Sementara 45 persen lainnya menuturkan baru ingin berwirausaha. Dari sisi responden laki-laki, 61 persen menyebut sudah menjadi pewirausaha dan 34 persen mengaku ingin berwirausaha.

"Ada peluang untuk menggunakan pelatihan online sebagai cara memenuhi keinginan belajar keterampilan tambahan dan mendukung kesuksesan pewirausaha perempuan," ujar Veronica Utami, Marketing Director, Google Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Temuan Lain

Lebih lanjut, setidaknya 8 dari 10 perempuan yang sudah atau ingin berwirausaha di Indonesia mengungkapkan bahwa mereka ingin meningkatkan keterampilan dalam menjalankan bisnis. Hal itu antara lain termasuk keterampilan berbisnis, pengelolaan uang, keterampilan digital, dan sebagainya.

Temuan lainnya, 83 persen perempuan menyatakan bersedia mengikuti pelatihan online. Bahkan, ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara.

Di kawasan ini, pengguna internet perempuan menyebutkan bahwa mereka menghabiskan rata-rata 5,5 jam sehari untuk online dan 85 persen di antaranya menggunakan ponsel untuk mengakses internet.

"Selain itu, setelah acara pelatihan dan berjejaring harus lebih banyak dilakukan secara online akibat COVID-19, kita memiliki kesempatan bagus untuk memanfaatkan sikap terbuka mereka terhadap pelatihan online," tutur Veronica.

Namun, perempuan juga masih dianggap seharusnya berfokus untuk mengurus rumah tangga, meski angka partisipasi perempuan dalam bidang kewirausahaan di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara. Hal ini tecermin dari rendahnya penerimaan secara budaya terhadap ibu yang bekerja purnawaktu.

Data menunjukkan bahwa pPerempuan lebih mungkin daripada laki-laki untuk bisa menerima hal tersebut, dengan rincian 52 persen perempuan percaya bahwa perempuan seharusnya boleh bekerja purnawaktu setelah menjadi ibu, sementara laki-laki yang setuju hanyalah 41 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya