Liputan6.com, Jakarta - Penelitian dari University of Geneva (UNIGE), Swiss, menunjukkan bahwa pasangan yang terjalin dari aplikasi kencan memiliki niat kohabitasi (hidup bersama) lebih kuat daripada pasangan yang bertemu di lingkungan nondigital.
Menurut penelitian yang terbit di jurnal PLOS ONE itu, sebagaimana dikutip dari rilis pers via Eurekalert, Senin (4/1/2021), pasangan yang bertemu di aplikasi kencan mengungkapkan tingkat kepuasan yang sama tentang hubungan mereka seperti orang lain pada umumnya.
Advertisement
Baca Juga
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa aplikasi kencan berperan penting dalam mengubah komposisi pasangan dengan memungkinkan pasangan yang lebih beragam secara pendidikan dan geografis.
"Internet sangat mengubah dinamika cara orang bertemu," kata Gina Potarca, peneliti di Institut Demografi dan Sosial Ekonomi di Fakultas Ilmu Sosial, UNIGE.
Hal ini, menurut Potarca, memberikan banyak kesempatan pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Temuan Gina dan rekannya juga menjawab kekhawatiran bahwa hubungan yang terjalin dari aplikasi kencan tidak berkualitas.
"Namun, hingga saat ini, masih ada tidak ada temuan yang membuktikan hal ini," lanjut Potarca.
Â
Metode
Peneliti yang berbasis di Jenewa itu menyelidiki niat pasangan untuk memulai sebuah keluarga, kepuasan hubungan, dan kesejahteraan individu mereka, serta menilai komposisi pasangan.
Dia menggunakan data survei keluarga tahun 2018 oleh Kantor Statistik Federal Swiss. Analisis yang disajikan dalam penelitian ini melihat subsampel dari 3.235 orang berusia di atas 18 tahun yang menjalin hubungan dan telah bertemu pasangannya dalam satu dekade terakhir.
Ternyata, pasangan yang terbentuk setelah bertemu di aplikasi lebih termotivasi oleh alasan kohabitasi daripada lainnya.
"Studi tersebut tidak mengatakan apakah niat terakhir mereka hidup bersama untuk jangka panjang atau pendek, tetapi mengingat tidak ada perbedaan dalam niat untuk menikah, dan pernikahan masih menjadi institusi utama di Swiss, beberapa di antara pasangan itu mungkin melihat kohabitasi sebagai masa percobaan sebelum menikah. Ini adalah pendekatan pragmatis di negara di mana tingkat perceraian secara konsisten mencapai 40 persen," tutur Potarca.
Â
Advertisement
Temuan Lainnya
Selain itu, wanita dari pasangan yang terjalin melalui aplikasi kencan mengaku ingin dan berencana memiliki anak dalam waktu dekat dan angkanya lebih tinggi daripada mereka yang bertemu selain lewat aplikasi kencan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa terlepas dari konteks pertemuan, pasangan sama-sama puas dengan kehidupan dan kualitas hubungan mereka.
Aplikasi kencan juga telah mendorong perpaduan berbagai tingkat pendidikan, terutama antara wanita berpendidikan tinggi dan pria berpendidikan rendah. Pasangan yang memiliki profil sosio-pendidikan lebih beragam "mungkin ada hubungannya dengan metode seleksi yang berfokus terutama pada visual," kata Potarca.