Ambisi Kotakode untuk Mengambil Ceruk Pasar Forum Pemrograman

Peter Tanugraha selaku founder dari Kotakode, berinisiatif membangun forum pemrograman semacam Stackoverflow versi lokal

oleh M Hidayat diperbarui 11 Jan 2021, 06:30 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay
Ilustrasi coding, pemrograman, programmer, programming. Kredit: Pexels via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Bidang pemrograman sejak beberapa tahun terakhir telah menjadi salah satu bidang pekerjaan yang banyak diminati. Sejumlah titel pekerjaan sepeti Data Scientist, Machine Learning Engineer, Natural Language Processing Engineer, dan lainnya cukup sering ditemukan.

Menariknya, kini semakin banyak orang tanpa latar belakang ilmu komputer (Computer Science) tertarik untuk belajar pemrograman. Hal itu juga selaras dengan tren selama pandemi Covid-19 di mana banyak institusi menawarkan sejumlah kursus daring gratis, termasuk di bidang pemrograman.

Namun pada praktiknya, terutama para pemula sering mendapat masalah ketika mereka belajar pemrograman. Berkaca pada hal itu, Peter Tanugraha selaku founder dari Kotakode, berinisiatif membangun forum pemrograman semacam Stackoverflow versi lokal.

Kepada Tekno Liputan6.com, pemuda lulusan Department of Electrical and Computer Engineering, University of Toronto, Canada itu beberapa kali mendapati orang Indonesia yang kesulitan menjabarkan permasalahan mereka dengan bahasa Inggris memadai di forum itu.

Peter Tanugraha, Cofounder & CEO di Kotakode

"Stackoverflow kan terkenal akan dua hal: mereka komunitas yang strict, [untuk] pertanyaan kurang bagus atau kurang jelas, [anggota komunitas] akan kasih komentar to the point. [Terkesan] kasar, tapi sebetulnya mereka profesional," tutur Peter.

Standar tinggi ini yang menurut Peter membuat para pengguna dengan kemampuan bahasa Inggris pas-pasan tidak mendapat respons yang diharapkan.

"Lalu saya mikir, kasihan banget, padahal mereka punya masalah dan ingin di-solve, entah itu pekerjaan atau tugas [kuliah atau sekolah]. Mereka ini unfortunate sekali," kata Peter.

Dari situlah pemuda yang pernah bekerja di sebagai Deep Learning Engineer di IBM itu memulai pengamatan lebih dalam dengan bertanya kepada kawan dan koleganya di Indonesia mengenai masalah seperti itu.

"Saya dikasih tahu, Facebook Group dan Telegram di Indonesia jadi tempat utama sebagai alternatif [Stackoverflow] untuk nanya. Saya kaget, baru tahu ada grup chat jadi forum tanya jawab [pemrograman]," ujar Peter.


Konten pemrograman berbahasa Indonesia masih kurang

Ilustrasi Programming, Coding, Progammer, Coder. Kredit: Picjumbo via Freepik
Ilustrasi Programming, Coding, Progammer, Coder. Kredit: Picjumbo via Freepik

Setelah beberapa lama menjadi anggota grup itu, Peter pun melihat fenomena bahwa frekuensi pertanyaan yang diajukan sangat tinggi. Tak jarang, banyak di antara pertanyaan itu sangat mendasar.

"Jadi saya rasa, problemnya itu kita kurang konten [pemrograman] berbahasa Indonesia di internet. Dan dari situ, saya coba perhitungkan pakai script untuk menghitung jumlah users di grup-grup dan forum ini, ternyata total ada sekitar empat juta," tutur Peter.

Akhirnya, Peter pun sampai pada keputusan untuk membuat Kotakode. Tantangan pertama yang dia temui adalah mencari orang yang punya kepakaran untuk menjawab pertanyaan.

Kala itu Peter berhasil mengumpulkan sekitar sepuluh hingga lima belas orang yang sudah bekerja di tech startup ternama dan bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan di Kotakode.


Diferensiasi

Laman utama Kotakode, forum pemrograman berbahasa Indonesia
Laman utama Kotakode, forum pemrograman berbahasa Indonesia

Sebagai diferensiasi dari Stackoverflow atau forum lainnya, Peter menerapkan mekanisme gamifikasi. Baik penanya maupun penjawab akun mendapatkan titel atau lencana tertentu yang salah satunya dinilai dari keaktifan mereka. Diferensiasi lainnya termasuk kehadiran blogging platform.

"Memang ada QnA [tanya jawab], tapi ada juga blogging platform. Intinya, kami ingin bikin platform di mana orang bisa sharing ilmu," kata Peter.

Sejauh ini, tim Kotakode terdiri ada 14 orang yang tersebar di divisi Marketing, BizDev, Engineers, UI/UX, dan Project Managers. Dia pun mengakui saat ini menjalankan Kotakode secara bootstrap, tetapi dia menargetkan akan mulai mencari pendanaan pada tahun ini.

"Sekarang kami jadi bagian dari Block 71 Incubator, tapi bootstrap, jadi harus cost-efficient. Targetnya tahun ini mulai cari funding," ujar pemuda yang sering berkutat dengan Python dan menyenangi Swift tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya