Kecerdasan Buatan Dapat Prediksi Apakah Seseorang Akan Meninggal karena Covid-19

Para peneliti di di University of di University of Copenhagen mengembangkan algoritme kecerdasan buatan yang dapat membuat penilaian (assesment) dengan akurasi 90 persen tentang apakah seseorang akan meninggal karena Covid-19 atau tidak.

oleh M Hidayat diperbarui 10 Feb 2021, 11:26 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay
Ilustrasi Kecerdasan Buatan. Kredit: Geralts via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di University of Copenhagen mengembangkan algoritme kecerdasan buatan yang dapat membuat penilaian (assesment) dengan akurasi 90 persen tentang apakah seseorang akan meninggal karena Covid-19 atau tidak.

Menurut penelitian ini, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan tekanan darah tinggi adalah beberapa faktor penentu dengan bobot paling tinggi pada penilaian ini.

Sejak gelombang pertama pandemi Covid-19 di Denmark, para peneliti telah mulai mengembangkan model komputasional yang dapat memprediksi seberapa parah orang akan terpengaruh oleh Covid-19 berdasarkan riwayat penyakit dan data kesehatan.

Memanfaatkan data pasien dari Capital Region of Denmark dan Capital Region of Zealand, hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan buatan ini dapat memprediksi apakah seseorang yang belum terinfeksi akan meninggal karena Covid-19 atau tidak, apabila mereka terinfeksi.

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

Selain itu, algoritme ini juga dapat memprediksi dengan akurasi 80 persen apakah orang yang terinfeksi Covid-19 itu memerlukan respirator.

"Kami mulai mengerjakan model kecerdasan buatan untuk membantu rumah sakit karena selama gelombang pertama Covid-19 mereka khawatir tidak memiliki cukup respirator untuk pasien perawatan intensif," ujar Mads Nielsen, Profesor di Department of Computer Science, University of Copenhagen dikutip dari rilis pers via Eurekalert, Rabu (10/2/2021).

Penelitian yang terbit di Nature - Scientific Reports ini, menurut Nielsen, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi dengan cermat siapa saja yang paling membutuhkan vaksin Covid-19.

PESAN IBU

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Pria tua dengan tekanan darah tinggi berisiko paling tinggi

Ilustrasi Machine Learning, Deep Learning, Artificial Intelligence, Kecerdasan Buatan
Ilustrasi Machine Learning, Deep Learning, Artificial Intelligence, Kecerdasan Buatan. Kredit: Mohamed Hassan via Pixabay

Para peneliti melatih algoritme mereka dengan dataset dari 3.944 pasien Covid-19 di Denmark untuk mengenali pola dan korelasi pada penyakit bawaan pasien sebelumnya dan dalam kaitannya dengan Covid-19.

"Usia dan indeks massa tubuh adalah parameter paling menentukan tentang seberapa parah seseorang akan terpengaruh oleh Covid-19," tutur Nielsen.

Namun, kata dia, kemungkinan pasien meninggal atau perlu menggunakan respirator juga akan meningkat, jika ia adalah laki-laki dan memiliki tekanan darah tinggi atau penyakit neurologis.

Secara berturut-turut, penyakit dan faktor kesehatan yang menurut penelitian ini paling berpengaruh terhadap apakah pasien perlu memakai respirator pascainfeksi Covid-19 adalah sebagai berikut:

  • indeks massa tubuh
  • usia
  • tekanan darah tinggi
  • jenis kelamin laki-laki
  • penyakit neurologis
  • penyakit paru obstruktif kronis
  • asma
  • diabetes
  • penyakit jantung

"Untuk mereka yang terpengaruh oleh satu atau lebih dari parameter ini, kami juga telah menemukan bahwa mungkin masuk akal untuk menaikkan prioritas mereka di daftar antrean vaksin untuk menghindari risiko apa pun," ujar Nielsen.

Memprediksi kebutuhan respirator adalah suatu keharusan

Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Para peneliti juga berharap kecerdasan buatan yang mereka kembangkan dapat membantu rumah sakit di Denmark dengan terus memprediksi kebutuhan respirator.

"Kami sedang bekerja untuk mencapai tujuan bahwa kami harus dapat memprediksi kebutuhan respirator lima hari ke depan dengan memberikan akses komputer ke data kesehatan tentang semua positif Covid di wilayah tersebut," kata Nielsen menambahkan.

Terlepas dari akurasi model kecerdasan buatan ini, Nielsen menekankan bahwa komputer tidak akan pernah bisa menggantikan penilaian dokter, tetapi "dapat membantu dokter dan rumah sakit melihat banyak pasien yang terinfeksi Covid-19 sekaligus dan menetapkan prioritas berkelanjutan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya