Tak Bisa Instan, Digital Marketing untuk Usaha Perlu Proses dan Modal

Di lapangan tidak jarang para pelaku UMKM mendapat informasi yang menurut dia melenceng, terutama di aspek proses dan hasil.

oleh M Hidayat diperbarui 09 Feb 2021, 09:33 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi Digital Marketing, Pemasaran Digital, Google Analytic
Ilustrasi Digital Marketing, Pemasaran Digital, Google Analytic

Liputan6.com, Jakarta - Sektor bisnis merupakan salah satu sektor yang terdampak oleh pandemi Covid-19. Akibatnya, tidak sedikit di antara perusahaan atau pelaku usaha yang terpaksa melakukan PHK karyawan, bahkan gulung tikar.

Ini juga termasuk pelaku UMKM yang kebanyakan mengandalkan penjualan produk secara konvensional. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyebut sebelum pandemi baru sekitar 8 juta pelaku UMKM yang menerapkan digitalisasi.

Kemudian selama tahun 2020 pemerintah menyebut 3,7 juta UMKM telah go digital dan menargetkan secara kolektif akan ada 30 juta UMKM pada 2023 yang menerapkan digitalisasi.

Senada, co-founder agensi digital marketing Digikai Studio (@digikaistudio), Yoshua Markus Mariwu, menyatakan bahwa pemesanan layanan digital marketing atau pemasaran digital meningkat pesat dua bulan setelah pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia. Dia mengklaim kebanyakan pelanggan memesan layanan manajemen media sosial yang ditawarkan oleh perusahaannya.

"Semenjak pandemi, klien kami meningkat sampai 200 persen," kata Yoshua.

Menurut Yoshua, pertumbuhan UMKM yang mengadopsi digitalisasi menjadi salah satu bukti bahwa peralihan kegiatan bisnis dari offline ke online mendapatkan respons positif dari masyarakat, serta selaras dengan upaya pemerintah mendorong dan mendukung UMKM untuk go digital.

Selain dibantu dari sisi permodalan baik oleh pemerintah maupun lembaga keuangan seperti bank, Yoshua mengatakan UMKM pun perlu diberi bekal lain, seperti pelatihan-pelatihan yang mendukung digitalisasi. Sebab, kata dia, tak sedikit di antara pengusaha UMKM yang belum melek pemasaran digital.

"Tantangan bagi kami menangani klien-klien yang baru mau menerapkan digital marketing adalah bagaimana meyakinkan atau membuka pikiran mereka mengenai digital marketing. Lalu mengajak mereka untuk berpikir logis mengenai uang yang keluar dan hasil yang mereka dapatkan," tutur Yoshua.

Informasi melenceng

Dia pun menyesalkan bahwa di lapangan tidak jarang para pelaku UMKM mendapat informasi yang menurut dia melenceng, terutama di aspek proses dan hasil. 

"Ada banyak klien-klien kami yang sudah dijejali dengan data fantastis dan berapa yang bisa mereka dapatkan dengan berjualan online dengan modal minim. Pada akhirnya, mereka akan kecewa karena hasilnya tidak sesuai ekspektasi," kata Yoshua.

Oleh karena itu, dia pun menyarankan pegiat UMKM yang sedang menerapkan digital marketing untuk melakukan perencanaan strategi secara matang.

 

Data

"Yang paling penting dari digital marketing adalah data. Tanpa itu, kita seperti memancing di kolam besar yang isinya bermacam-macam ikan. Padahal, misalnya, yang kita inginkan hanya ikan lele. Dalam mengumpulkan data, butuh proses dan waktu yang tidak sebentar, tidak bisa instan," ujar Yoshua.

Tak lupa, dia pun menyebut penting untuk memahami bahwa untuk dapat menghasilkan profit besar, para pelaku UMKM pun mau tak mau mengalokasikan anggaran yang sesuai.

"Hal yang tak kalah penting adalah butuh modal untuk menghasilkan uang dan butuh lebih banyak modal untuk menghasilkan lebih banyak uang lagi. Jadi, kalau kita hanya mau mengeluarkan uang ratusan ribu untuk digital marketing tapi mau untung puluhan juta rupiah, itu tidak akan terjadi," kata dia menutup pernyataannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya