Liputan6.com, Jakarta - Fintech startup Amartha mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun 2021.
Perusahaan yang berfokus pada penyaluran modal usaha bagi UMKM itu telah menyalurkan pendanaan sebesar Rp 2,5 triliun pada tahun 2021.
Dibandingkan tahun 2020 yang mencapai sebesar Rp 1,2 triliun, angka itu tumbuh lebih dari dua kali lipat.
Advertisement
Baca Juga
Penyaluran pendanaan sebesar Rp 2,5 triliun ini merupakan kontribusi dari berbagai pendana (lender), baik pendana institusi seperti perbankan maupun pendana ritel individu.
Sebelumnya Amartha cukup gencar menjalin kemitraan strategis dengan perbankan seperti BPD, BPR, dan bank nasional untuk mengakselerasi penyaluran pendanaan bagi UMKM di pedesaan, dengan porsi di atas 60% dari total pendana.
"Amartha senantiasa berupaya untuk memberikan pelayanan keuangan berbasis digital bagi para pengusaha UMKM di berbagai daerah, mulai dari akses permodalan hingga penyediaan layanan Amartha+ untuk menunjang produktivitas para mitra di tengah pandemi," ujar Andi Taufan Garuda Putra, CEO & Founder di Amartha.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
NPL di Kisaran 0,3 Persen
Di samping itu, Amartha juga berhasil menjaga kualitas pinjaman secara baik dengan Non Performing Loan (NPL) stabil di kisaran 0,3 persen.
"Penerapan kebijakan credit scoring berbasis machine learning juga turut berkontribusi untuk menjaga kualitas pinjaman sehingga menekan risiko gagal bayar," tutur Andi.
Advertisement
Area Penyaluran Pendanaan
Penyaluran pendanaan dilakukan di sekitar 20.000 desa di ketiga pulau di mana Amartha beroperasi, yaitu pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.
Namun, penyaluran di luar Jawa lebih dominan dengan porsi lebih dari 60% dari total penyaluran. Ini sejalan dengan imbauan dari OJK memperluas penyaluran modal ke luar pulau Jawa untuk pemerataan.
Secara kumulatif, hingga awal 2022, Amartha telah menyalurkan pendanaan mencapai Rp 5,6 triliun. Secara historis, dalam waktu dua tahun masa pandemi, jumlah kumulatif itu tumbuh tiga kali lipat jika dibandingkan jumlah kumulatif sebelum pandemi, yaitu Rp 1,8 triliun.
Infografis 4 Unicorn di Indonesia
Advertisement