Tren Transaksi Digital Melonjak, Masyarakat Harus Makin Bijak

Diperlukan literasi yang baik agar pengguna bijak dalam bertransaksi digital dan menghindari risikonya.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Okt 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2022, 18:00 WIB
Transaksi Digital Askrindo Tingkatkan Gerakan Literasi Masyarakat
Pengunjung bertransaksi menggunakan QRIS atas Pembelian Asuransi Kecelakaan Diri Askrindo pada gelaran Java Jazz Festival 2022 di booth DigiAsk Hall C2, JIExpo Kemayoran, Jakarta (28/05/2022). Transaksi ini meningkatkan literasi masyarakat atas kemudahan pembelian Asuransi secara online. (Liputan6.com/HO/Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi digital saat ini sudah menjadi tren, seiring dengan perkembangan teknologi digital yang membawa perubahan perilaku masyarakat menjadi serba praktis dan serba digital.

Namun di samping kemudahan penggunaan dompet digital maupun uang elektronik, juga ada risiko. Sehingga, diperlukan literasi yang baik agar pengguna bijak dalam bertransaksi digital.

Azmi Irfala, Relawan TIK Wilayah Kalimantan Selatan, mengatakan seiring dengan masifnya penggunaan teknologi finansial, lembaga keuangan konvensional seperti perbankan kini juga mulai mengembangkan layanan digital.

Keberadaan uang elektronik sendiri dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat seperti memudahkan pembayaran jarak jauh, membawa uang tunai secukupnya saja, menghemat waktu pembayaran, dan bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan.

Bagi pebisnis, uang elektronik dianggap bermanfaat membuat transaksi lebih cepat, transaksi tercatat secara lengkap, tersedia kerjasama promosi, dan tidak pusing masalah kembalian.

"Mengutip Sudono Salim, uang tidak menciptakan manusia, manusialah yang menciptakan uang," dalam webinar 'Mudahnya Transaksi Digital dengan Uang Elektronik' di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis (29/9).

"Nah, karena kita yang menciptakan uang buatlah uang itu seefektif dan seefisien mungkin untuk digunakan hal-hal bermanfaat,” kata Azmi saat membawakan materi budaya digital dengan tema Algoritma Media Sosial dan Cara Kerjanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kecakapan Digital

BI Luncurkan QR Code Indonesia
Karyawan BI melakukan transaksi menggunakan QR Code Indonesian Standard (QRIS) di kantor BI, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). QRIS merupakan transformasi digital pada Sistem Pembayaran Indonesia sangat membantu percepatan pengembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia. (Liputan6.com/HO/Rizal)

Pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Yusnaini dalam acara yang sama mengatakan, seiring kemajuan teknologi, generasi sekarang makin ramah internet. Dari sini, diperlukan kecakapan digital.

Menurut Yusnaini, individu yang cakap digital dinilai mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan lunak, dalam lanskap digital, mesin pencarian informasi, aplikasi percakapan dan media sosial, serta aplikasi dompet digital, loka pasar, dan transaksi digital.

Selain itu, dijelaskan bahwa uang elektronik berbeda dari dompet digital. Uang elektronik berbasis chip dan bentuknya kartu, sedangkan dompet digital berbasis server, bisa digunakan dengan mengunduh aplikasi.

Adapun, tips aman bertransaksi dengan dompet digital yaitu jangan gunakan wifi publik, belanja daring dari situs terpercaya, jangan berikan kata sandi atau OTP kepada siapapun, isi saldo sesuai kebutuhan, aktifkan 2FA, dan gunakan autentikasi biometrik.

“Tips aman transaksi uang elektronik yakni hindari pemindah tanganan kartu, simpan dengan baik fisik uang elektronik, isi saldo sesuai kebutuhan,” kata Yusnaini dalam materi berjudul ‘Aman Bertransaksi Uang Elektronik’.

 


Isu Kepercayaan dalam Transaksi Digital

Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code
Ilustrasi dompet digital, e-wallet, pembayaran dengan QR Code. Kredit: David Dvořáček via Unsplash

Tanzela Azizi, instruktur di Edukasi 4ID sekaligus Relawan TIK dalam materi bertema ‘Do and Dont’s Melakukan Transaksi Digital: Budaya Bermedia Digital’ mengatakan, alat pembayaran digital terus berkembang mengikuti perubahan perilaku di masyarakat yang serba daring.

Alat pembayaran digital digunakan mulai dari belanja daring, membayar tol atau parkir, makan di luar rumah, belanja di merchant, membayar tagihan, dan transfer. Transaksi pun berubah menjadi transaksi digital.

Di sisi lain, timbul isu kepercayaan dalam transaksi digital atau belanja daring. Sehingga, Tanzela menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan demi menjaga agar transaksi digital aman dan nyaman.

"Jaga kerahasiaan data, terapkan 2FA, gunakan email khusus, bijaksana respons komunikasi pihak ketiga, lakukan pengecekan berlapis saat hendar transaksi, ubah kata sandi berkala, bijak menggunakan kartu kredit, dan pilih aplikasi atau platform terpercaya," katanya.

Program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan sendiri dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.

Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Kalimantan dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya