Top 3 Tekno: Perang Tarif Layanan Internet Fixed Broadband Jadi Sorotan

Perang tarif saat ini dinilai sudah mulai merambah penyedia layanan internet fixed broadband.

oleh Iskandar diperbarui 30 Okt 2022, 11:30 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2022, 11:30 WIB
70% Pengguna Internet Takut Datanya Disadap
Ilustrasi pengguna internet (anthillonline.com)

Liputan6.com, Jakarta - Perang tarif saat ini dinilai sudah mulai merambah penyedia layanan internet fixed broadband. Informasi ini menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Sabtu (29/10/2022) kemarin.

Berita lain yang juga populer datang dari TKDN Redmi A1 yang tembus 40,3 Persen. Pencapaian itu diklaim jadi yang pertama di Indonesia.

Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

1. Perang Tarif Mulai Rambah Layanan Internet Fixed Broadband?

Vice President Marketing Management PT Telkom Edi Kurniawan menyatakan, perang tarif saat ini juga merambah penyedia layanan internet fixed broadband. Hal itu diungkap Edi di acara Selular Business Forum 2022.

Ia menuturkan, ada sejumlah penyedia internet fixed broadband memberikan iklan yang tidak masuk akal. Salah satunya adalah membayar enam bulan, tapi bisa mengakses jaringan internet yang ditawarkan untuk jangka waktu satu tahun.

"Itu tidak masuk akal. Ada yang cuma bayar tujuh bulan bisa pakai setahun, berarti free-nya lima bulan. Ada yang bayar enam bulan, tetapi pakainya setahun jadi free-nya enam bulan," tuturnya dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (29/10/2022).

Persaingan harga tidak masuk akal ini juga terkait tarif yang jor-joran. Ia mencontohkan, ada penyedia layanan internet fixed broadband menyediakan internet kecepatan 100 mbps dengan harga hanya Rp 300.000.

"Kami sampai botak itu mengukurnya gimana, ternyata setelah diukur beneran, ternyata kecepatan tidak 100 mbps. Sebab, kami jualan Rp 300.000, pelanggan mendapat 40 mbps dan beneran, karena kami tidak ingin tipu-tipu," tuturnya menjelaskan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, infrastruktur untuk penyedia internet ke satu pelanggan, IndiHome harus mengeluarkan anggaran Rp 4,5 juta.

Oleh sebab itu, ia menuturkan, bisa dibayangkan apabila harus memasang harga Rp 300.000 ketika menarik kabel ke satu pelanggan biaya Rp 4,5 juta.

Baca selengkapnya di sini 

 

2. TKDN Redmi A1 Tembus 40,3 Persen, Klaim Jadi yang Pertama di Indonesia

Redmi A1
Penampakan Redmi A1 yang baru saja meluncur untuk pasar Indonesia. (Liputan6.com/Agustinus M. Damar)

Xiaomi telah memperkenalkan Redmi A1 sebagai smartphone terbarunya untuk pasar Indonesia. Selain hadir sebagai perangkat baru, smartphone ini juga mencatatkan capaian baru bagi Xiaomi Indonesia.

Alasannya, Redmi A1 memiliki nilai TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) sebesar 40,3 persen, lebih tinggi dari yang ditetapkan pemerintah saat ini 35 persen. Karenanya, nilai TKDN ini pun diklaim menjadi yang pertama di Indonesia.

Saat ditemui usai peluncuran Redmi A1, Product Marketing Manager Xiaomi Indonesia Calvin Nobel, menuturkan untuk bisa mencapai nilai TKDN tersebut, Xiaomi mengombinasikan sejumlah komponen produksinya.

"Kalau di pabrik kami sendiri di Batam, komponen buat hardware-nya sendiri kan 25 persen, buat assembly board dan lain-lain. Terus ada komponen charger, terus dukungan Mi Fans untuk membuat kota spesial edisi Indonesia," tuturnya menjelaskan.

Adapun komponen TKDN Redmi A1 mencakup aspek manufaktur (penyediaan mesin produksi, penggunaan tenaga kerja lokal, penambahan proses SMT untuk perakitan PCB), pengembangan produk software lokal, dan pengembangan aplikasi hasil kerja sama dengan mitra lokal.

Meski baru dikembangkan di Redmi A1, Calvin menuturkan, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk hadir di produk lain. Terlebih dengan cara ini, Xiaomi bisa ikut terus mendukung program pemerintah terkait TKDN.

"Ini saja sudah satu langkah besar, dari standar 35 persen kami bisa melangkah ke 40,3 persen. Jadi, kita lihat ke depannya, produk seperti apa yang bisa kami kembangkan juga," tuturnya menutup pernyataan.

Baca selengkapnya di sini 

 

3. Elon Musk Bakal Bentuk Dewan Moderasi Konten di Twitter

Elon Musk.  (Britta Pedersen / POOL / AFP)
Elon Musk. (Britta Pedersen / POOL / AFP)

Elon Musk resmi membeli Twitter, setelah proses akuisisi yang tidak mulus. Menurut laporan, Musk telah menyelesaikan kesepakatan senilai USD 44 miliar (sekitar Rp 687 triliun) untuk membeli Twitter.

Tak butuh waktu lama, Elon Musk diketahui langsung menjalankan rencananya usai membeli situs microblogging tersebut. Salah satunya adalah membentuk dewan moderasi.

Dikutip dari Engadget, Sabtu (29/10/2022), rencana tersebut diungkapkan Musk melalui cuitan di akun Twitternya. Ia menuliskan, dewan moderasi konten ini akan terdiri dari berbagai sudut pandang.

"Twitter akan membentuk dewan moderasi konten dengan sudut pandang yang beragam. Tidak ada keputusan besar terkait konten atau pemulihan akun terjadi sebelum dewan itu bersidang," tulisnya lewat akun @elonmusk.

Kendati demikian, ia tidak mengungkap lebih detail mengenai pembentukan dewan moderasi konten ini. Begitu pula dengan nama-nama yang akan masuk dalam dewan ini.

Untuk diketahui, Musk memang telah lama memiliki rencana untuk mengubah soal kebijakan moderasi Twitter. Salah satu yang menjadi sorotan adalah ketika Twitter melarang secara permanen Donald Trump untuk memiliki akun di platform tersebut.

Oleh sebab itu, ada kemungkinan di bawah Elon Musk, Twitter akan melakukan perubahan terkait kebijakan moderasi konten. Namun, perubahan seperti apa yang akan dibawa belum diketahui.

Baca selengkapnya di sini 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya