Sensor yang Dapat Ditelan Merevolusi Diagnosis Saluran Cerna

Sensor itu dapat menggantikan prosedur invasif seperti endoskopi untuk mendiagnosis kondisi seperti konstipasi, penyakit refluks gastroesofagus, dan gastroparesis.

oleh M Hidayat diperbarui 15 Feb 2023, 19:00 WIB
Diterbitkan 15 Feb 2023, 19:00 WIB
Para insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Caltech telah mengembangkan sebuah sensor kecil yang dapat dipantau saat bergerak melalui saluran pencernaan. Kredit: Tim Peneliti
Para insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Caltech telah mengembangkan sebuah sensor kecil yang dapat dipantau saat bergerak melalui saluran pencernaan. Kredit: Tim Peneliti

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah sensor baru yang dapat dicerna dapat memberikan cara lebih mudah bagi dokter untuk mendiagnosis gangguan motilitas pencernaan.

Para insinyur dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Caltech telah mengembangkan sebuah sensor kecil yang dapat dipantau saat bergerak melalui saluran cerna.

Sensor itu dapat menggantikan prosedur invasif seperti endoskopi untuk mendiagnosis kondisi seperti konstipasi, penyakit refluks gastroesofagus, dan gastroparesis.

Sensor bekerja dengan mendeteksi medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan elektromagnetik yang terletak di luar tubuh. Kekuatan medan magnet bervariasi berdasarkan jarak dari koil, yang memungkinkan posisi sensor dihitung dengan mengukur medan magnet.

Dalam studi baru ini, para peneliti menunjukkan bahwa mereka dapat melacak sensor saat bergerak melalui saluran cerna hewan besar. Pendekatan ini menawarkan alternatif untuk metode diagnostik saat ini.

"Memiliki kemampuan untuk memantau motilitas gastrointestinal tanpa harus pergi ke rumah sakit penting untuk benar-benar memahami apa yang terjadi pada pasien," kata Giovanni Traverso, profesor teknik mesin di MIT dan ahli gastroenterologi di Brigham and Women’s Hospital dikutip dari rilis pers.

Sensor magnetik berukuran cukup kecil, sehingga dapat dimasukkan ke dalam kapsul, yang dapat ditelan oleh pasien. Perangkat ini mengukur medan magnet di sekitarnya, yang kemudian digunakan untuk menghitung jaraknya dari kumparan elektromagnetik di luar tubuh.

Hasil Pengujian

Sistem ini juga mencakup sensor kedua yang terletak di luar tubuh, yang berfungsi sebagai titik referensi untuk menentukan lokasi sensor yang tertelan di dalam tubuh secara akurat.

Sensor juga memiliki pemancar nirkabel, yang mengirimkan pengukuran medan magnet ke komputer atau smartphone terdekat.

Versi sistem saat ini dirancang untuk melakukan pengukuran setiap kali menerima pemicu nirkabel dari smartphone, tetapi juga dapat diprogram untuk melakukan pengukuran pada interval tertentu.

Para peneliti menguji sistem baru mereka pada model hewan besar dengan menempatkan kapsul yang dapat dicerna itu di dalam perut dan kemudian memantau lokasinya saat kapsul tersebut bergerak melalui saluran pencernaan selama beberapa hari.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa mereka dapat melacak sensor yang tertelan saat berpindah dari perut ke usus besar dan kemudian dikeluarkan. Dalam hal akurasi, sistem ini apabila dibandingkan dengan pengukuran berbasis sinar-X, ternyata akurat dalam rentang 5 hingga 10 milimeter.

 

Kelebihan Sensor

Versi sensor saat ini dapat mendeteksi medan magnet dari kumparan elektromagnetik dalam jarak 60 sentimeter atau kurang. Ia memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode diagnostik yang ada saat ini untuk gangguan motilitas saluran cerna.

Kemampuan untuk memantau saluran pencernaan dari luar tubuh membuat proses ini tidak terlalu invasif dan dapat dilakukan di rumah pasien.

Versi sistem saat ini dapat mendeteksi beberapa perangkat pada saat yang sama tanpa mengorbankan akurasi, dan juga memiliki bidang pandang luas, yang sangat penting untuk penelitian pada manusia dan hewan besar.

Secara keseluruhan, sensor yang dapat dicerna baru ini dapat merevolusi cara gangguan motilitas gastrointestinal didiagnosis dan diobati.

Kemampuan untuk melacak sensor saat sensor bergerak melalui saluran pencernaan memberi dokter cara non-invasif untuk memahami apa yang terjadi di dalam tubuh, yang dapat mengarah pada pilihan pengobatan yang lebih baik bagi pasien.

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)

Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia
Infografis Era Teknologi 5G di Indonesia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya