Google Bakal Izinkan Pengguna Hapus Data Sensitif Mereka yang Tersimpan di Aplikasi Android

Google mengumumkan akan memungkinkan pengguna menghapus akun data sensitif yang tersimpan di aplikasi Android pada PlayStore.

oleh Dinda Charmelita Trias Maharani diperbarui 07 Apr 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2023, 10:00 WIB
Playstore - Vania
Ilustrasi Playstore/https://www.shutterstock.com/sdx15

Liputan6.com, Jakarta - Google mengumumkan akan segera memungkinkan pengguna menghapus data mereka yang disimpan pada layanan aplikasi dari PlayStore. Data yang bisa dihapus tersebut termasuk yang disimpan di aplikasi maupun web.

Ketika pengguna meminta untuk menghapus akun sepenuhnya, pihak pengembang pun harus menghilangkan data pengguna. Langkah ini dimaksudkan Google untuk memberikan pemahaman lebih baik bagi pengguna tentang kontrol yang mereka miliki atas data mereka. 

Selain itu, Google ingin menumbuhkan kepercayaan pada keamanan aplikasi dan platform PlayStore secara keseluruhan. Kebijakan terbaru inijuga  memungkinkan pengguna memiliki lebih banyak fleksibilitas dalam hal keamanan data mereka. 

Dilansir Engadget, Jumat (7/4/2023), Google menyatakan pengguna dapat menghapus data tertentu, seperti konten yang diunggah, tanpa harus menghapus akun sepenuhnya.

Persyaratan web juga memastikan pengguna tidak perlu menginstal ulang aplikasi Android hanya untuk membersihkan informasi termasuk data mereka yang telah tersimpan di akun.

Kebijakan ini akan berlaku secara bertahap. Menurut Google, pengembang memiliki waktu hingga 7 Desember untuk menjawab pertanyaan soal penghapusan data di formulir keamanan aplikasi. 

PlayStore sendiri akan mulai mencantumkan perubahan ini pada awal 2024, sedangkan pihak pengembang dapat mengajukan perpanjangan waktu hingga 31 Mei tahun depan.

Kekhawatiran Keamanan Data Pengguna

10 Aplikasi Hacking untuk Menjebol Password Windows dan Website
Kini hampir semua akun yang ada di internet pasti dilengkapi dengan password, demi menjaga keamanan dan privasi dari pengguna.

Perubahan ini hadir beberapa bulan setelah Apple memberlakukan aturan serupa untuk perangkat lunak App Store. Dalam hal ini, baik Googel dan Apple diketahui khawatir mengenai pelanggaran privasi dan dampaknya terhadap pengguna.

Kedua perusahaan tersebut dilaporkan tidak ingin pengguna menjadi korban pelanggaran data akibat sulitnya menghapus akun atau data sensitif milik mereka ketika sudah tidak menggunakan layanan sebuah aplikasi. 

Pembaruan ini juga menyusul adanya upaya dan tuntutan dari regulator mengenai perlunya lebih banyak kontrol yang diberikan pada pengguan atas sebuah layanan. 

Sebagai contoh, FTC (Federal Trade Commission Amerika) Serikat baru-baru ini mengusulkan perubahan peraturan yang bisa memudahkan pengguna membatalkan langganan dan keanggotaan. 

Celah Keamanan Google Chrome Ancam Miliaran Pengguna

Google Chrome
Celah keamanan Google ancam miliaran pengguna. (ilustrasi/theverge.com)

Pada awal tahun ini, tim keamanan siber dari Imperva menemukan adanya celah keamanan pada Chrome dan browser berbasis Chromium. Celah ancaman ini disebut mengancam begitu banyak pengguna kedua aplikasi tersebut yang diprediksi telah 2,5 miliar orang.

Dikutip dari Tech Radar, Senin (16/1/2023), celah keamanan ini disebut memiliki kerentanan yang tinggi, sehingga memungkinkan penyerang mencuri file sensitif pengguna, termasuk isi dari dompet cryptocurrency yang mereka punya, termasuk kredensial untuk login.

Dijelaskan lebih lanjut, celah keamanan terkait dengan cara browser memproses symlink. Sebagai informasi, symlink atau symbiotic links merupakan file yang bertugas mengarahkan pada file atau direktori lain.

Kerentanan ini telah diidentifikasi sebagai CVE-2022-3656, yakni validasi data yang tidak mencukupi pada cacat File System. Google sendiri telah mengatasi masalah dengan merilis Chrome 108, sehingga pengguna disarankan untuk segera melakukan pembaruan.

Google Bakal Blokir Semua Unduhan Mencurigakan

Google - Vania
Ilustrasi Google/https://unsplash.com/Arkan Perdana

Di sisi lain, Google telah mengembangkan sebuah fitur baru untuk meningkatkan keamanan web browser-nya. Sejak beberapa waktu lalu, Google Chrome memang memprioritaskan koneksi aman ketika pengguna berselancar.

Kemampuan Google Chrome untuk menampilkan seluruh halaman secara default melalui protokol HTTP pertama ditawarkan pada versi 90. Chrome beralih ke protokol HTTP, ketika situs web yang dikonsultasikan tidak mendukung protokol aman.

Belakangan, Google menyempurnakan sistemnya dengan menambah opsi "HTTPS only" pada Chrome 94.

Terakhir, yang umumnya tersedia di sebagian besar browser web, dirancang untuk meningkatkan keamanan saat mengunjungi internet dengan membatasi laman web apa yang ditampilkan di browser, pada protokol HTTPS.

Akibatnya, ketika situs web tidak mendukung penelusuran aman, browser web tak lagi otomatis beralih ke HTTP. Halaman peringatan menyatakan pengguna akan memuat halaman web tidak aman muncul, sehingga pengguna berhenti mengakses.

Beragam Model Kejahatan Siber
Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya